Thursday, January 31, 2013

Kisah Suami Yang Begitu Menyayangi Istrinya









Assalaamu'alaikum...

Sobat,, berikut salah satu kisah inspiratif nuansa rumah tangga. Bagi sobat yang sudah berumah tangga, semoga bisa berkaca pada kisah saudara kita ini, dan mampu menjalani rumah tangganya lebih baik lagi. Dan bagi sobat yang masih single seperti rainy (promosi,,heheh) semoga kita dapat belajar tentang bagaimana sekelumit permasalahan rumah tangga dan mengambil ibrahnya untuk dijadikan stok pelajaran dalam kehidupan rumah tangga kita ke depan nantinya (semoga yang masih single-single ini juga disegerakan pertemuan jodohnya dan terikat  halal dalam naunganNYA...aamiin)


***
Pernikahan itu telah berjalan 4 tahun, namun pasangan suami istri tersebut belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik “kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?”. Dari berbisik-bisik,akhirnya menjadi berisik.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.

Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah.

Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.

Sang suami berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.

Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran.Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.

Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “… Oooh, kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.

Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah SWT.

Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.

5 tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: “Wahai fulan, saya telah bersabar selama 9 tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:” betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan”. Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.

Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: “istriku, ini cobaan dari Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”. Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah di hadapannya.

Akhirnya sang istri berkata: “OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih”.

Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.

Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: “Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …”.

Sang istri pun bad rest di rumah sakit.

Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: “Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja”.

“Haah, pergi?”. Kata sang istri.

“Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat”. Kata sang suami.

Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri. Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.

Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi”.

Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.

Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.

Dan subhanallah …

Setelah 9 bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga.

Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari’ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari ‘Ashim.

Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya.

Hampir saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya,ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.

Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.

selang beberapa waktu sang isteri meninggal dunia karena kelainan pada organ ginjalnya
betapa terpukulnya sang suami dan sejak saat itulah sang suami berjanji akan merawat anak semata wayangnya dan tak akan menikah lagi demi cintanya pada sang istri.

Sumber : 

Kisahislami.com

Gambar : Google.com

 

 

 

 

Wassalaam

 

 

 

Salam santun ukhuwah fillah & mari berbagi sobat... ^_*05

 

 

Read More..

Wednesday, January 30, 2013

Manfaat Jari Keriput Ketika Terendam Dalam Air






 Assalaamu'alaikum...

Sob,, pernah nggak mengalami jari keriput ketika bersentuhan dengan air dalam jangka waktu yang agak lama ?? Rainy rasa semua pernah ya,,hehe,, kalau belum coba sobat praktekkan..hihi

 Mungkin saja dari kita ada yang jengkel atau bahkan bingung dan bertanya-tanya. Nah, setelah diteliti oleh ilmuwan, ternyata jari keriput ini memiliki manfaat untuk membantu kita dalam melakukan berbagai aktivitas di air.


Berikut penjelasan ilmiahnya >>>
Apa penyebabnya ? Keriput di jari terjadi ketika pembuluh darah menyempit, yang membuat ujung jari menyusut dan kulit tertarik. Misalnya, ketika kita sedang mencuci piring, tangan kita pasti akan keriput sehingga lebih kesat dalam memegang piring-piring. Jadi, tangan keriput bisa menghentikan menjatuhkan piring-piring.

Tak hanya itu, jari keriput juga membuat seseorang lebih mudah memegang sesuatu di bawah air dan mengambil benda-benda yang basah, dengan mencegah kita menjatuhkan peralatan.

“Kerutan di jari-jari dalam kondisi basah bisa membantu mengumpulkan makanan dari vegetasi basah atau sungai,” ujar peneliti Tom Smulders seperti dikutip Dailymail.co.uk.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan dari Newcastle University meminta partisipan untuk mengambil kelereng yang berbobot dan memindahkannya dari satu wadah ke wadah lain. Lalu, tangan partisipan direndam dalam air hangat selama setengah jam untuk membuatnya keriput.

Hasilnya, jari keriput lebih cepat saat memungut benda basah. Dan sebaliknya, jari keriput justru sulit memindahkan barang yang kering. 

Smulders menambahkan, kerutan jari kaki di kamar mandi juga bisa membantu ketika berjalan dan berlari di dasar yang licin.

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Royal Society Biology Letters. (jay)

***
Subhanallaah, ciptaan ALLAH SWT memang tak ada yang sia-sia ya sob. Mari senantiasa bersyukur ^_^05



Sumber :
 Duniafitness.com
http://id.she.yahoo.com
google image




 Wassalaam





Salam santun ukhuwah fillah & mari berbagi sobat... ^_*05






Read More..

Jilbab Juga Hak Asasi


 


Assalaamu’alaikum…

Sobat,, pengalaman tentang dilarang berjilbab dalam dunia kerja, baru pertama kalinya rainy alami tepatnya hari ini (salah satu perusahaan swasta menganjurkan rainy untuk membongkar pasang jilbab hanya untuk di proses lamaran kerjanya, alhasil rainy pun dengan tegas meminta sang HRD untuk menghentikan proses berkas).

Mungkin kejadian serupa telah dialami oleh sebagian besar muslimah lain, apalagi di Negara yang memang minoritas Islam. Namun yang sangat rainy prihatinkan disini adalah hal ini terjadi di Negara kita tercinta yang nota bene adalah mayoritas muslim.


Dan berikut salah satu kisah saudara muslimah kita yang telah memutuskan berjilbab, namun ternyata posisinya jadi tanda tanya besar di lingkungan kerjanya sesaat setelah berhijab >>>



 ***

Sejak memutuskan untuk berjilbab, sosok Sandrina Malakiano tak lagi membawakan berita, Ia menghilang. Metro TV tempat ia bekerja dikecam karena melarang Sandrina Malakiano mengenakan jilbab pada saat siaran, meskipun Sandrina sudah memperjuangkannya selama berbulan-bulan dengan mengajak diskusi panjang para jajaran pimpinan level atas Metro TV. Larangan inilah, alasan Sandrina keluar dari Metro TV.

Curhat dari seorang Sandrina Malakiano dari Facebook-nya Sandrina Malakiano Fatah.
    Setiap kali sebuah musibah datang, maka sangat boleh jadi di belakangnya sesungguhnya menguntit berkah yang belum kelihatan. Saya sendiri yakin bahwa “sebagaimana Islam mengajarkan” di balik kebaikan boleh jadi tersembunyi keburukan dan di balik keburukan boleh jadi tersembunyi kebaikan.

    Saya sendiri membuktikan itu dalam kaitan dengan keputusan memakai hijab sejak pulang berhaji di awal 2006. Segera setelah keputusan itu saya buat, sesuai dugaan, ujian pertama datang dari tempat saya bekerja, Metro TV.

    Sekalipun tanpa dilandasi aturan tertulis, saya tidak diperkenankan untuk siaran karena berjilbab. Pimpinan Metro TV sebetulnya sudah mengijinkan saya siaran dengan jilbab asalkan di luar studio, setelah berbulan-bulan saya memperjuangkan izinnya. Tapi, mereka yang mengelola langsung beragam tayangan di Metro TV menghambat saya di tingkat yang lebih operasional. Akhirnya, setelah enam bulan saya berjuang, bernegosiasi, dan mengajak diskusi panjang sejumlah orang dalam jajaran pimpinan level atas dan tengah di Metro TV, saya merasa pintu memang sudah ditutup.

    Sementara itu, sebagai penyiar utama saya mendapatkan gaji yang tinggi. Untuk menghindari fitnah sebagai orang yang makan gaji buta, akhirnya saya memutuskan untuk cuti di luar tanggungan selama proses negosiasi berlangsung. Maka, selama enam bulan saya tak memperoleh penghasilan, tapi dengan status yang tetap terikat pada institusi Metro TV.

    Setelah berlama-lama dalam posisi yang tak jelas dan tak melihat ada sinar di ujung lorong yang gelap, akhirnya saya mengundurkan diri. Pengunduran diri ini adalah sebuah keputusan besar yang mesti saya buat. Saya amat mencintai pekerjaan saya sebagai reporter dan presenter berita serta kemudian sebagai anchor di televisi. Saya sudah menggeluti pekerjaan yang amat saya cintai ini sejak di TVRI Denpasar, ANTV, sebagai freelance untuk sejumlah jaringan TV internasional, TVRI Pusat, dan kemudian Metro TV selama 15 tahun, ketika saya kehilangan pekerjaan itu. Maka, ini adalah sebuah musibah besar bagi saya.

    Tetapi, dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberi saya yang terbaik dan bahwa dunia tak selebar daun Metro TV, saya bergeming dengan keputusan itu. Saya yakin di balik musibah itu, saya akan mendapat berkah dari-Nya.

    Hikmah Berjilbab
    Benar saja. Sekitar satu tahun setelah saya mundur dari Metro TV, ibu saya terkena radang pankreas akut dan mesti dirawat intensif di rumah sakit. Saya tak bisa membayangkan, jika saja saya masih aktif di Metro TV, bagaimana mungkin saya bisa mendampingi Ibu selama 47 hari di rumah sakit hingga Allah memanggilnya pulang pada 28 Mei 2007 itu.

    Bagaimana mungkin saya bisa menemaninya selama 28 hari di ruang rawat inap biasa, menungguinya di luar ruang operasi besar serta dua hari di ruang ICU, dan kemudian 17 hari di ruang ICCU ?

    Hikmah lain yang saya sungguh syukuri adalah karena berjilbab saya mendapat kesempatan untuk mempelajari Islam secara lebih baik. Kesempatan ini datang antara lain melalui beragam acara bercorak keagamaan yang saya asuh di beberapa stasiun TV. Metro TV sendiri memberi saya kesempatan sebagai tenaga kontrak untuk menjadi host dalam acara pamer cakap (talkshow) selama bulan Ramadhan.

    Karena itulah, saya mendapat kesempatan untuk menjadi teman dialog para profesor di acara Ensiklopedi Al Quran selama Ramadhan tahun lalu, misalnya. Saya pun mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pemahaman baru tentang agama dan keberagamaan. Islam tampil makin atraktif, dalam bentuknya yang tak bisa saya bayangkan sebelumnya. Saya bertemu Islam yang hanif, membebaskan, toleran, memanusiakan manusia, mengagungkan ibu dan kaum perempuan, penuh penghargaan terhadap kemajemukan, dan melindungi minoritas.

    Saya sama sekali tak merasa bahwa saya sudah berislam secara baik dan mendalam. Tidak sama sekali. Berjilbab pun, perlu saya tegaskan, bukanlah sebuah proklamasi tentang kesempurnaan beragama atau tentang kesucian. Berjibab adalah upaya yang amat personal untuk memilih kenyamanan hidup.

    Berjilbab adalah sebuah perangkat untuk memperbaiki diri tanpa perlu mempublikasikan segenap kebaikan itu pada orang lain. Berjilbab pada akhirnya adalah sebuah pilihan personal. Saya menghormati pilihan personal orang lain untuk tidak berjilbab atau bahkan untuk berpakaian seminim yang ia mau atas nama kenyamanan personal mereka. Tapi, karena sebab itu, wajar saja jika saya menuntut penghormatan serupa dari siapapun atas pilihan saya menggunakan jilbab.

    Hikmah lainnya adalah saya menjadi tahu bahwa fundamentalisme bisa tumbuh di mana saja. Ia bisa tumbuh kuat di kalangan yang disebut puritan. Ia juga ternyata bisa berkembang di kalangan yang mengaku dirinya liberal dalam berislam.

    Tak lama setelah berjilbab, di tengah proses bernegosiasi dengan Metro TV, saya menemani suami untuk bertemu dengan Profesor William Liddle “seseorang yang senantiasa kami perlakukan penuh hormat sebagai sahabat, mentor, bahkan kadang-kadang orang tua” di sebuah lembaga nirlaba. Di sana kami juga bertemu dengan sejumlah teman, yang dikenali publik sebagai tokoh-tokoh liberal dalam berislam.

    Saya terkejut mendengar komentar-komentar mereka tentang keputusan saya berjilbab. Dengan nada sedikit melecehkan, mereka memberikan sejumlah komentar buruk, sambil seolah-olah membenarkan keputusan Metro TV untuk melarang saya siaran karena berjilbab. Salah satu komentar mereka yang masih lekat dalam ingatan saya adalah, “Kamu tersesat”. Semoga segera kembali ke jalan yang benar.

    Saya sungguh terkejut karena sikap mereka bertentangan secara diametral dengan gagasan-gagasan yang konon mereka perjuangkan, yaitu pembebasan manusia dan penghargaan hak-hak dasar setiap orang di tengah kemajemukan.

    Bagaimana mungkin mereka tak faham bahwa berjilbab adalah hak yang dimiliki oleh setiap perempuan yang memutuskan memakainya? Bagaimana mereka tak mengerti bahwa jika sebuah stasiun TV membolehkan perempuan berpakaian minim untuk tampil atas alasan hak asasi, mereka juga semestinya membolehkan seorang perempuan berjilbab untuk memperoleh hak setara? Bagaimana mungkin mereka memiliki pikiran bahwa dengan kepala yang ditutupi jilbab maka kecerdasan seorang perempuan langsung meredup dan otaknya mengkeret mengecil?

    Bersama suami, saya kemudian menyimpulkan bahwa fundamentalisme “mungkin dalam bentuknya yang lebih berbahaya” ternyata bisa bersemayam di kepala orang-orang yang mengaku liberal.

    Catatan: Pada Mei 2006, keputusan yang sulit pun akhirnya ia ambil. Sandrina resmi keluar dari stasiun televisi itu.




    ***
    Nah sob, gimana pendapat sobat ?? Kalau rainy pribadi setuju dengan mbak sandrina malakiano bahwa Jilbab juga Hak Asasi Manusia.

     





    Sumber:
    artikel shared : fimadani.com 
    Redaktur: Tata Rifa 
    (Sumber cerita : Facebook Sandrina Malakiano)
    Gambar : Google 






    Wassalaam





    Salam santun ukhuwah fillah & mari berbagi sobat... ^_*05




    Read More..

    Tuesday, January 29, 2013

    Mengapa Kau Menolongku ? Padahal Aku adalah Yahudi






    Mendung menggantung di atas bumi Paris. Langit kelam. Gerimis perlahan turun. Titik-titik air membasahi tanah, jalanan, rerumputan, genting, juga halaman depan rumah sebuah keluarga keturunan bangsa Yahudi.

    Hujan di luar tidak mengganggu kenyamanan dan kehangatan di dalam rumah tersebut. Raut-raut wajah yang cerah menandakan keadaan harmonis kehidupan mereka.

    Gerimis terus turun. Di dalam rumah tersebut, seorang wanita berkebangsaan Perancis berumur 42 tahun telah menyiapkan hidangan makan malam untuk keluarganya.

    “Ayah, anak-anak, makan malam sudah siap. Ayo kita makan bersama,” seru Christine kepada keluarganya.

    “Iya, sayang. Tunggu sebentar,” sahut Alex, suaminya.

    “Iya bu, kami datang,” sahut Maria dan Diana berbarengan. Kedua anak kembar tersebut segera memenuhi ajakan ibunya.

    “Ayah kemana, Bu?” Tanya Diana sambil menarik kursi makannya.

    “Di ruang kerjanya. Dia sedang menyelesaikan proposal untuk proyek penting yang akan dia presentasikan di Kongres Anti-Palestine dua hari lagi.”

    Mendengar hal itu, Maria merasa sangat senang dan berkata, “Oh, begitu. Semoga proposal Ayah dapat terlaksana. Karena dengan begitu, kemenangan bangsa Yahudi akan segera terwujud.”

    “Ya, semoga. Sudah, ayo kita makan. Kalau sudah dingin rasanya sudah tidak nikmat lagi.”

    “Ya, Bu.”

    Maria segera memasukan pasta dengan saus ikan tuna ke dalam mulutnya. Diana dan Christine juga melakukan hal yang sama. Mereka bertiga makan dengan lahapnya diselingi dengan obrolan-obrolan mengenai hal-hal menarik yang dialami oleh Diana dan Maria di sekolah. Christine sesekali menimpali cerita kedua putrinya tersebut. Sesekali gelak tawa mengiringi cerita mereka.

    Tak lama kemudian, Alex pun bergabung dengan mereka bertiga. Suasana pun menjadi semakin hangat. Selesai makan, mereka berempat menonton TV di ruang keluarga. Tayangan favorit keluarga itu adalah acara berita. Melalui berita mereka bisa mengetahui tentang pendapat media mengenai dunia saat ini. Kebetulan acara berita yang sedang mereka tonton menampilkan berita mengenai penyerangan negara Israel ke negara Palestina. Mereka menyaksikan bagaimana rakyat Palestina memprotes PBB yang bungkam terhadap penderitaan yang mereka alami. Mereka berempat juga menyaksikan korban-korban meninggal dan kritis yang disorot oleh kameramen.

    “Rasakan. Itulah akibatnya menentang dan memprotes kami terus menerus. Kalian seharusnya menyerah saja dan memberikan tanah kalian kepada kami karena sejatinya memang tanah itu milik kami,” kata Diana. Maria pun mengiyakan perkataan saudara kembarnya itu.

    “Kau benar, Diana. Mereka tidak pantas hidup di bumi ini. Karena bumi ini milik bangsa Yahudi.”

    “Hahaha.. Ayah bangga kepada kalian.Bangsa Yahudi memang manusia terbaik di muka bumi ini. Kalian memang Yahudi tulen kebanggan keluarga.” Alex berkata sambil merangkul Diana dan Maria di kanan dan kirinya.

    “Ya, Ayah. Kami bangga darah Yahudi mengalir di dalam tubuh kami,” sahut Maria.

    Mendengar percakapan suami dan anak-anaknya membuat hati Christine bergejolak. Satu sisi kemanusiaannya, ia tidak tega melihat penderitaan orang-orang Palestina tersebut. Namun di sisi lain ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ia harus mendukung ras keturunannya.

    Sebenarnya, gejolak itu sudah muncul sejak satu tahun yang lalu ketika ia bertemu dengan seorang dokter muslim berkebangsaan Palestina saat ia bertugas sebagai relawan dokter di Aceh saat kejadian Tsunami tahun 2004 lalu. Awalnya ia membenci dokter muslim yang bernama Azahra tersebut. Namun suatu ketika, Chritine pernah mengalami kecelakaan saat ia menumpang mobil ambulance untuk kembali ke tempat penginapan para relawan. Ia mengalami pendarahan yang cukup serius di bagian kepalanya dan harus menjalani operasi membutuhkan darah yang cukup banyak. Saat itu persediaan darah di rumah sakit yang menangani Christine belum mendapat pasokan darah karena jalanan yang masih tertutup oleh reruntuhan rumah dan mayat-mayat korban tsunami.  Mengetahui keadaan rekannya tersebut, Azahra berinisiatif untuk mendonorkan darahnya. Setelah di cek dan hasilnya darah mereka cocok, Azahra pun segera diminta untuk memasuki ruangan khusus untuk mendonorkan darah.

    Tiga hari kemudian, keadaan Christine pun membaik. Dokter yang menangani dirinya pun memberitahu bahwa ada seorang wanita yang rela mendonorkan darahnya sesaat setelah mengetahuin bahwa dirinya mengalami kecelakaan. Christine pun penasaran dan menanyakan siapa yang mendonorkan darah untuknya. Dokter itu menjawab bahwa Azahra lah yang telah menolongnya. Christine pun tersentak mengetahuinya. Ia pun berkata bahwa dirinya ingin bertemu dengan dokter Azahra. Lima belas menit kemudian, dokter Azahra pun sudah berada di samping tempat tidurnya.

    “Hai,” sapa dokter Azahra ramah.

    “Hai,” balas Christine dengan senyum dinginnya.

    “Bagaimana keadaannmu?”

    “Sudah baikan. Besok aku sudah bisa bertugas lagi.”

    “Alhamdulillah, bagus kalau begitu.”

    “Ya, begitulah.”

    Keheningan tercipta di antara mereka untuk beberapa saat.

    “Hei, ada yang ingin aku tanyakan padamu. Kenapa kau mau menolongku dengan memberikan darahmu saat mengetahui bahwa aku mengalami kecelakaan? Bukankah kamu tahu, aku ini adalah keturunan bangsa Yahudi. Bangsa yang selalu menindas kaum dari agamamu, agama Islam. Kenapa kau tidak membiarkan aku mati atau menganiayaku saja seperti bangsa kami yang tega membunuh rakyat bangsa Palestina? Tahukah kau, bahwa kami, bangsa Yahudi menganggap orang-orang Islam itu adalah sampah di dunia ini? Mengapa kau masih saja menolongku? ”

    Azahra kaget mendengar perkataan Christine. Mukanya merah padam. Namun sesaat ia dapat menguasai dirinya. Ia pun tersenyum dan menjawab pertanyaan Christine.

    “Saudaraku, aku menolongmu karena kamu adalah manusia, sama sepertiku. Menolong seorang manusia sama saja dengan menolong seluruh manusia di dunia ini, itulah yang diajarkan di dalam agamaku. Dan sekalipun kamu adalah musuhku, tidak pantas bagiku untuk menelantarkanmu ataupun menganiaya musuhku, sekalipun ia pernah menganiaya saudara-saudaraku, karena Rasulku tidak pernah mencontohkan hal itu,” terang Azahra.

    Setelah mengatakan hal itu, Azahra pun pamit untuk melanjutkan tugasnya sebagai relawan dokter. Christine masih terpaku setelah mendengar penuturan dari Azahra. Ia terpesona. Seketika hatinya merasa merindukan sesuatu. Ia merindukan Islam hadir di hatinya.

    Beberapa waktu setelah menjadi relawan dokter di Aceh, diam-diam ia mempelajari Islam kepada seorang muslimah yang bertemu dengannya ketika ia sedang berjalan-jalan pagi di sekitar rumahnya. Jika ia ketahuan sedang mempelajari Islam oleh keluarganya, maka nyawanya tak akan selamat. Ia pasti akan dibunuh oleh suaminya. Itu karena suaminya merupakan salah satu anggota penting dalam sebuah organisasi rahasia yang berisikan orang-orang Yahudi yang berkompeten untuk menghancurkan Islam di Palestina. Beberapa bulan mempelajari Islam, ia terpesona dengan ajaran-ajaran yang diajarkan di dalam Islam. Pernah terbersit di dalam pikirannya untuk berislam secara diam-diam. Namun ia urungkan karena ia takut menerima konsekuensinya jika ketahuan suatu saat nanti.

    Sudah satu tahun berlalu, dan ia masih belum berani untuk berislam. Akan tetapi, gejolak di dalam hatinya terus menerus mendorongnya. Pernah suatu hari ia menangis kepada muslimah tersebut dan mengutarakan niat baiknya. Namun ia belum berani merealisasikannya. Muslimah tersebut hanya bisa menghiburnya dan mendoakannya agar ia diberi hidayah dan keberanian untuk memeluk Islam.

    “Ibu, kenapa Ibu melamun?” tanya Diana membuyarkan pikiran Christine.

    “Ah, tidak apa-apa. Ibu hanya berpikir, sampai kapan kita harus terus memusuhi bangsa Palestina dan ummat Muslim di dunia ini? Bukankah dengan hidup berdampingan, dunia akan terasa menyenangkan. Tak ada lagi perselisihan. Bagaimana pendapatmu, Nak?”

    “Tidak, aku tidak mau hidup berdampingan dengan ummat Muslim. Kita ini istimewa, Bu. Apakah pantas kita hidup berdampingan dengan orang-orang Islam? Kita jauh lebih pintar bahkan jenius dibandingkan dengan ummat Muslim. Coba ibu lihat, kita jauh lebih maju dibandingkan denga mereka. Contohnya, lihat saja kemajuan tekhnologi dan kesuksesan ekonomi negara-negara yang dipimpin oleh orang-orang Yahudi dengan negara-negara yang dipimpin oleh orang-orang Islam ataupun bukan penganut Islam dan penganut Yahudi,” jawab Maria nada suara yang sombong.

    “Baiklah, baiklah, ibu tidak mau berdebat. Ibu ingin beristirahat. Selamat tidur ya, sayang.” Christine pun beranjak dari tempat duduknya dan menciumi pipi anak kembar dan pipi suaminya.

    “Ya Allah, Yang Maha Pemberi Petunjuk, anugerahkanlah kepadaku hidayah-Mu dan keberanian agar aku segera meyakini-Mu secara sempurna. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Rasulullah adalah utusan Allah,” ucap Christine dalam hati.

    Malam itu ia lalui dengan tidur paling pulas seumur hidupnya. Ia pun bermimpi mengucapkan dua kalimat syahadat di sebuah masjid yang memiliki taman yang sangat indah, dimana bunga-bunga bermekaran di sana.




    Sumber :
    fimadani.com
    Oleh : Raira – Rakhmi Inas Ramadhani , Jakarta
    Kordinator akhwat ROHIS SMAN 62 Jakarta
    Gambar : Google





    Salam santun ukhuwah fillah & mari berbagi sobat... ^_*05

    Read More..

    Monday, January 28, 2013

    Kapur dan Penghapus







    Assalaamu’alaikum

    Sobat,, berikut ini sebuah kisah yang menggambarkan tentang kehidupan kita sekarang ini. Yang mungkin banyak diantara kita yang tak menyadari hal ini sama sekali. Semoga dengan hadirnya kisah ini kita dapat mengambil ibrah di dalamnya.

    ***
    Seorang guru tampak bersemangat di depan kelas sedang mengajarkan mata pelajaran agama islam. Ia pun mencoba memberikan permainan yang melibatkan benda yang ia pegang saat ini. Ia lalu mengangkat kedua tangannya, sembari menekankan bahwa di kedua tangan itu ada dua benda yang berbeda, di tangan kanan ada kapur, di tangan kiri ada penghapus. 

    Guru itu pun berkata “jika saya angkat kapur ini maka berserulah kapur, namun jika saya angkat penghapus ini maka berserulah penghapus”

    Murid-muridnya pun mengerti dan mengikuti instruksi sang guru. Guru itupun terlihat silih berganti mengangkat tangannya, kian lama kian cepat.

    Beberapa saat kemudian sang guru berujar “Baik, sekarang permainannya berganti ya, jika saya angkat kapur berserulah penghapus, dan jika saya angkat penghapus berserulah kapur”. Murid-murid serempak menyetujui.

    Pada mulanya, murid-muridnya keliru dan kikuk, dan sangat sukar sekali mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tak lagi kikuk. Selang beberapa menit, permainan pun selesai. Sang guru tersenyum menatap wajah-wajah murid-muridnya yang mulai tampak kebingungan.

    “Anak-anak, begitulah perilaku ummat islam sebagian besar sekarang. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh-musuh ummat islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan begitupun sebaliknya.”

    Guru itu menghela nafas sejenak “Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut tetapi karena terus menerus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian pun mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh islam tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika, jadi berhati-hatilah karena saat ini telah banyak terlihat hal itu seperti misalnya berdua-duaan yang bukan muhrim tak lagi tabu, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, seks sebelum nikah menjadi trend, materialistik menjadi gaya hidup dan masih banyak lagi hal lain yang telah tertukar posisinya, dengan kata lain tanpa disadari sebagian ummat islam sedikit demi sedikit menerimanya sebagai sesuatu yang benar. Maka berhati-hatilah anak-anakku, paham ??”







    Sumber :
    artikel : artikel-untuk-islam.blogspot.com
    gambar : google






    Wassalaam




    Salam santun ukhuwah fillah & mari berbagi sobat... ^_*05
    Read More..

    From VLP To Friends

    Blog Indonesia

    blog-indonesia.com

    VLP Chats

    Hitstats

    Indonesia Blogger

    Blogger Indo