Sob, pernahkah kita terfikir atau memikirkan berapa gaji yang kita dapatkan dari ALLAH ?
Pernah atau belum ada baiknya kita simak artikel yang diulas di salah satu majalah muslim remaja (annida),, yukk, selamat membaca sob ^_^
Owya Sobat, kalau kita bekerja di sebuah perusahaan, digaji tinggi tiap bulan, fasilitas lengkap disediakan, apakah wajar kalau perusahaan menuntut kita untuk melakukan pekerjaan sesuai jobdesk? (Wajar doong pastinya!)
Pernah atau belum ada baiknya kita simak artikel yang diulas di salah satu majalah muslim remaja (annida),, yukk, selamat membaca sob ^_^
Owya Sobat, kalau kita bekerja di sebuah perusahaan, digaji tinggi tiap bulan, fasilitas lengkap disediakan, apakah wajar kalau perusahaan menuntut kita untuk melakukan pekerjaan sesuai jobdesk? (Wajar doong pastinya!)
Apakah wajar kalau kita dikenakan sanksi jika tidak bekerja atau menyalahi prosedur perusahaan? (Wajar juga lah yaa...)
Apakah wajar kita dikeluarkan dari
perusahaan jika ketahuan diam-diam bekerja untuk perusahaan lain? (Ya
iya lah... selingkuh kerja namanya!)
Trus, kalau logika perusahaan tersebut
kita terapkan dalam kehidupan kita, kenapa sih kita masih merasa penuh
tekanan dan paksaan dalam beribadah pada Allah?
Padahal kita 'digaji tinggi' oleh Allah
tiap saat. Coba tanya pada ahli jantung... berapa biaya yang
dikeluarkan pasien penyakit jantung agar tetap bisa mempertahankan
detak jantungnya? Ternyata biaya perawatannya mencapai 5-30 juta per
harinya, belum biaya operasinya yang di Jakarta mencapai 600 juta.
Maasya Allah!
Alhamdulillah... Allah mengizinkan kita
hidup dengan jantung normal, gratis! Bahkan tanpa menyadari detakan
jantung kita sendiri. Itu baru 'besaran gaji' dari nikmat jantung ya
Sob, belum nikmat kedua mata, telinga, paru-paru, otak, syaraf, usus,
kaki, tangan, dan lainnya.
Ditambah lagi nikmat memiliki keluarga,
teman, tempat tinggal, hp, makan 3x sehari, dllsb, betapa besar gaji
dan fasilitas yang Allah berikan pada kita! Dan untuk 'gaji' sebanyak
itu, jobdesk kita hanya satu: Beribadah pada Allah!
Itu pun bukan ibadah dalam arti sempit
(shalat, puasa, zakat) saja ya Sob. Bahkan belajar dengan baik saja
bisa dikategorikan ibadah, kita tersenyum pada tetangga, menahan marah,
berprasangka baik, memberi recehan ke pengamen pun bisa dihitung
sebagai ibadah.
Jadi, kenapa sih susah banget ngikutin
prosedur dari Allah? Diminta menutup aurat saja kita enggan, ngerasa
sayang rambut hitam berkilau kita tertutup hijab, ngerasa berat body
aduhai kita harus disembunyikan. Aih, kalau suatu hari nanti Allah
cabut salah satu nikmatnya sebagai sanksi ketidakpatuhan kita, yaa
jangan nyesel!
Allah minta kita berbakti pada orangtua,
kok ya berat bener rasanya? Ortu malah kita perlakukan kayak pembantu,
plus mesin ATM (yang tiap saat butuh uang buat beli barang bisa kita
porotin seenaknya).
Selain itu, Allah minta kita jangan
menduakan-Nya, eeh kita malah lebih cinta dan patuh sama si yayang.
Kalo pacar nelpon langsung diangkat, kalo Adzan manggil kita malah
pura-pura gak denger. Nggak ketemu Allah (baca: shalat) seminggu penuh
pun kita ga ngerasa ada yang kurang, tapi kalo ga ketemu pacar sejam
aja kayaknya kangen berat. Sungguh dzolim kita!
Kita bisa dengan ringan ngegombal dalam
lagu 'tak bisa hidup tanpamu, sayang', atau 'kau pemilik hatiku...'
untuk si doi, tanpa sadar bahwa gombalan itu telah menjerumuskan pada
syirik mempersekutukan Allah.
Sungguh, hanya karena kasih dan sayang
Allah sajalah kita masih 'digaji' dengan banyak kenikmatan sampai detik
ini Sob. Allah tidak seperti bos perusahaan yang kejam, pecat karyawan
sesukanya, negur karyawan dengan kasar, karena kemuliaan Allah tidak
ternoda sedikit pun meski seluruh makhluk ingkar pada-Nya.
Jadi, Allah dan rasul-Nya hanya Melihat
kita bekerja Sob, sambil terus menuntun kita agar tak salah jalan,
Allah memberi 'jarum kompas' bernama nurani. Dan percaya deh bahwa
suatu hari nanti... kita akan diperlihatkan juga apa-apa yang telah
kita kerjakan.
So, jangan sampe kita dipermalukan oleh
perbuatan kita sendiri, karena 'gaji' yang Allah beri malah kita
pergunakan untuk sekadar membuat hawa nafsu terpuasi.
Nikmat Allah manakah yang dapat kita dustakan?
*Sumber :
Artikel : http://m.annida-online.com/artikel-6047-gaji-dari-allah.html
Picture : Google picture
Salam santun ukhuwah fillah & mari berbagi sobat... ^_*05
0 VLP'ers comment:
Post a Comment
Kesopanan berkomentar cerminan dari kepribadian kita ! Silakan berkomentar sobat ^_*05