Di suatu senja dua puluh
tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang
mahasiswa berjalan mondar mandir di depan sebuah rumah makan cepat saji di kota
metropolitan, menunggu sampai tamu di restoran sudah agak sepi, dengan sifat
yang segan dan malu-malu dia masuk ke dalam restoran tersebut. “Tolong sajikan
saya semangkuk nasi putih.” Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada
pemilik rumah makan. Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan,
memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan
lauk apapun. Lalu mereka menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya.
Ketika pemuda ini menerima
nasi putih dan membayar ia berkata dengan pelan: “Dapatkah Bapak menyiram
sedikit kuah sayur di atas nasi saya?” Istri pemilik restoran berkata sambil
tersenyum: “Silahkan, ambil kuah sayur mana saja yang engkau suka, tidak perlu
bayar!” Pemuda ini berpikir : “Di restoran ini, kuah sayur gratis.” Lalu ia
memesan semangkuk lagi nasi putih. “Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini
saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya.” Dengan tersenyum ramah pemilik
restoran berkata kepada pemuda ini. “Bukan, untuk dibawa pulang, besok saya
akan membawanya ke sekolah sebagai bekal makan siang saya!” Mendengar perkataan
pemuda ini, pemilik restoran berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin
diluar kota, demi menuntut ilmu datang ke kota untuk menempuh pendidikan,
mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti.
Pemilik restoran lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan
dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut.
Sepintas terlihat hanya
sebungkus nasi putih saja. Dan memberikan kepada pemuda ini. Melihat
perbuatannya, istrinya paham jika suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya
dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan di bawah nasi.
Suaminya kemudian membisik kepadanya: “Jika pemuda ini melihat kita menaruh
lauk di atas nasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya,
harga dirinya pasti akan tersinggung dan lain kali dia tidak akan datang lagi.
Jika dia ke tempat lain dan hanya membeli semangkuk nasi putih, dari mana ada
gizi untuk bersekolah.” “Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih
menjaga harga dirinya.” “Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi
istriku?” sambut suaminya dengan senyum hangat. Sepasang suami istri muda ini
merasa gembira dapat membantu orang lain. “Terima kasih, saya sudah selesai
makan.”
Pemuda ini pamit kepada
mereka. Ketika dia sudah mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan
melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka. “Besok singgah
lagi, engkau harus tetap bersemangat!” kata pemilik restoran sambil melambaikan
tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini, besok jangan
segan-segan datang lagi. Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat
itu setiap sore pemuda ini singgah kerumah makan mereka, sama seperti biasa
setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus
lagi untuk bekal keesokan hari. Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari
terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat
sekolah.
Setelah tamat sekolah,
selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi di restoran tersebut karena
sudah bekerja di kota lain. Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50
tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus
digusur. Suami istri ini tiba-tiba kehilangan mata pencaharian. Dan mengingat
anak mereka yang disekolahkan di luar negeri yang perlu biaya setiap bulan,
membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik. Pada saat ini masuk
seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya seperti direktur dari
kantor yang bagus. “Apa kabar? Saya adalah wakil direktur dari sebuah
perusahaan. Saya diperintahkan oleh direktur kami mengundang kalian membuka
kantin di perusahaan kami. Perusahaan kami telah menyediakan semuanya. Kalian
hanya perlu membawa koki dan “keahlian” kalian kesana, keuntungannya akan
dibagi dua dengan perusahaan.” “Siapakah direktur diperusahaan Anda? Dan
mengapa ia begitu baik terhadap kami? Saya tidak pernah mengenal seorang yang
begitu mulia!” sepasang suami istri ini berkata dengan terheran-heran. “Kalian
adalah penolong dan kawan baik direktur kami! Direktur kami paling suka makan
telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu. Yang lain setelah
kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya.”
Akhirnya, pemuda yang hanya
memakan semangkuk nasi putih ini muncul. Setelah bersusah payah selama 20 tahun
akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi
seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya.
Dia merasa kesuksesan pada
saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini. Jika mereka tidak
membantunya dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi
sesukses sekarang. Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak
meninggalkan kantornya. Pemuda ini berdiri dari kursi direkturnya dan dengan
membungkuk dalam-dalam berkata kepada mereka: “Bersemangat ya! Di kemudian hari
perusahaan tergantung kepada kalian, sampai bertemu besok!”
Sobat Kebaikan memang tidak akan lekang oleh waktu, dan tak kan lapuk di telan masa,, semoga kita semua senantiasa di beri petunjuk-Nya dan senantiasa mampu menjadi manusia yang memberikan manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi orang lain... aamiin..
Sumber ::
shared by :: http://kisahislami.com/
Pict :: Google pict
Salam santun ukhuwah fillah & mari berbagi sobat... ^_*05
0 VLP'ers comment:
Post a Comment
Kesopanan berkomentar cerminan dari kepribadian kita ! Silakan berkomentar sobat ^_*05