Setelah berjuang
melalui jalan masa lalu, kakiku pun kini telah menjejak resto taste, resto favoritku.
Ahh,, lega rasanya, meski mata ini masih sesak dengan luahannya.
Kuedarkan pandangan
ke sekeliling, heumm.. rupanya anne belum datang juga. Aku pun memutuskan untuk
mengambil tempat dipojok sembari mengecek email lalu memesan teh hangat “Semoga saja anne tak begitu lama ngaretnya”
lirihku jenak.
Belum terhapus email
yang telah ku tandai, tiba-tiba suara serak yang telah lama tak kudengar langsung
itu pun membelah keseriusanku “winaaaaa,, kamu cepet banget nyampenya, maaf yahh
tadi aku kena macet juga, tapi ternyata kamu lebih beruntung, cepet-cepet bebas,,hehe,,
owya, kamu udah pesan makan atau belum ?? pesan apa ?? kalo minumnya apa ?? masih
sama kaya’ dulu atau udah berubah ?? ”
“Ann,, slow baby,,
nggak usah nyeruduk kaya’ banteng lepas gitu ahh… satu-satu nanyanya, coba ambil
nafas dulu”
“Iya, iya,, maaf…
namanya juga orang kangen pasti pertanyaannya langsung kaya’ air terjun mengalir
sederas-derasnya”
“Tuh kan,, lanjut
lagi,, anne.. anne… masih tak berubah kau rupanya”
“Hehehe,, iya wina
ku sayang,, anne maranne sianne ini akan silent, starting now”
“Yee,, nggak gitu
juga kalii”
Tawa pun kian tergelak
ditengah pertemuan kami. Karakter anne yang masih tetap periang dan ceria membuatku
melupakan perjalanan yang begitu menyesakkan. Sepertinya memang orang-orang seperti
anne lah yang kubutuhkan saat ini, agar aku tak larut dalam kesedihan yang telah
menghujam.
Atau bisa jadi aku
memang membutuhkan psikiater ? ahh,, semakin tak karuan layangan fikirku, setidaknya aku semakin yakin bahwa Tuhan memang tak pernah meninggalkanku sendiri. Kini, DIA mengirimkan
anne untuk menghapus sejenak kepiusan hatiku, ya, walau sejenak tapi aku tahu ini
hadiah dari Tuhan untukku. Meski aku tak akan pernah tahu, sampai
kapan air mata ini membanjiri kehidupanku.
***
Belum usai pergumulan batin, tiba-tiba saja ponselku berdering lengking dan nama bunda pun terpampang jelas di layarnya
"Assalamu'alaikum bund"
Bunda terisak "Wa'alaikumussalam nak... benar ada yang nelpon hingga 25 kali tapi kamu ndak mengangkat satupun ?"
"Maksud bunda ? owya, kenapa bunda menangis ? "
Isakan bunda kian jelas, dan tak cukup sedetik nada telpon terputus pun menggema.
Belum usai pergumulan batin, tiba-tiba saja ponselku berdering lengking dan nama bunda pun terpampang jelas di layarnya
"Assalamu'alaikum bund"
Bunda terisak "Wa'alaikumussalam nak... benar ada yang nelpon hingga 25 kali tapi kamu ndak mengangkat satupun ?"
"Maksud bunda ? owya, kenapa bunda menangis ? "
Isakan bunda kian jelas, dan tak cukup sedetik nada telpon terputus pun menggema.
******
To be continued
0 VLP'ers comment:
Post a Comment
Kesopanan berkomentar cerminan dari kepribadian kita ! Silakan berkomentar sobat ^_*05