Saturday, December 15, 2012

Life Is Taste Part 5



Setelah berjuang melalui jalan masa lalu, kakiku pun kini telah menjejak resto taste, resto favoritku. Ahh,, lega rasanya, meski mata ini masih sesak dengan luahannya.

Kuedarkan pandangan ke sekeliling, heumm.. rupanya anne belum datang juga. Aku pun memutuskan untuk mengambil tempat dipojok sembari mengecek email lalu memesan teh hangat “Semoga saja anne tak begitu lama ngaretnya” lirihku jenak.

Belum terhapus email yang telah ku tandai, tiba-tiba suara serak yang telah lama tak kudengar langsung itu pun membelah keseriusanku “winaaaaa,, kamu cepet banget nyampenya, maaf yahh tadi aku kena macet juga, tapi ternyata kamu lebih beruntung, cepet-cepet bebas,,hehe,, owya, kamu udah pesan makan atau belum ?? pesan apa ?? kalo minumnya apa ?? masih sama kaya’ dulu atau udah berubah ?? ”

“Ann,, slow baby,, nggak usah nyeruduk kaya’ banteng lepas gitu ahh… satu-satu nanyanya, coba ambil nafas dulu”

“Iya, iya,, maaf… namanya juga orang kangen pasti pertanyaannya langsung kaya’ air terjun mengalir sederas-derasnya”

“Tuh kan,, lanjut lagi,, anne.. anne… masih tak berubah kau rupanya”

“Hehehe,, iya wina ku sayang,, anne maranne sianne ini akan silent, starting now”

“Yee,, nggak gitu juga kalii”

Tawa pun kian tergelak ditengah pertemuan kami. Karakter anne yang masih tetap periang dan ceria membuatku melupakan perjalanan yang begitu menyesakkan. Sepertinya memang orang-orang seperti anne lah yang kubutuhkan saat ini, agar aku tak larut dalam kesedihan yang telah menghujam.

Atau bisa jadi aku memang membutuhkan psikiater ? ahh,, semakin tak karuan layangan fikirku, setidaknya aku semakin yakin bahwa Tuhan memang tak pernah meninggalkanku sendiri. Kini, DIA mengirimkan anne untuk menghapus sejenak kepiusan hatiku, ya, walau sejenak tapi aku tahu ini hadiah dari Tuhan untukku. Meski aku tak akan pernah tahu, sampai kapan air mata ini membanjiri kehidupanku.

***
Belum usai pergumulan batin, tiba-tiba saja ponselku berdering lengking dan nama bunda pun terpampang jelas di layarnya

"Assalamu'alaikum bund"

Bunda terisak "Wa'alaikumussalam nak... benar ada yang nelpon hingga 25 kali tapi kamu ndak mengangkat satupun ?"

"Maksud bunda ? owya, kenapa bunda menangis ? "

Isakan bunda kian jelas, dan tak cukup sedetik nada telpon terputus pun menggema.




******
To be continued

0 VLP'ers comment:

Post a Comment

Kesopanan berkomentar cerminan dari kepribadian kita ! Silakan berkomentar sobat ^_*05

From VLP To Friends

Blog Indonesia

blog-indonesia.com

VLP Chats

Hitstats

Indonesia Blogger

Blogger Indo