Friday, September 28, 2012

Asmi dan 25











25 Desember 2009

Langit menangis dan bergemuruh tiada henti, langkah-langkah kaki yang tak memakai alas itu pun perlahan mendekati salah satu rumah megah di kawasan elite, tepatnya rumah yang salah satu tembok pagarnya bertuliskan Prasetya – D10. Dan seolah tak ingin membuang waktu, sesosok tangan gemetar menekan tombol merah di samping tulisan tersebut. Tak lama berselang, lelaki tinggi besar berseragam putih hitam mendekat, membukakan gerbang nan tinggi lagi megah itu.

Tenang sayang, tidak lama lagi kita bisa bernaung di tempat yang layak” lirih asmi sembari mengusap rambut aliya, adik bungsunya. Sejalan dengan lirihan, pintu perlahan-lahan terbuka tanpa derit, wajah-wajah tak asing pun kini bersitatap satu sama lain. Asmi mengulum senyum dengan sempurna saat petir berkilat-kilat melaksanakan tugas, namun tanpa di sangka-sangka sepasang bola mata diantara beberapa pasang yang menatap, juga turut berkilat-kilat, suaranya bahkan mendahului gemuruh guntur yang bersahutan “Kami tidak akan pernah menampung anak-anak pembunuh, cepattt, pergi dari sini,, pergiiiiii

Sepersekian detik, asmi dan adik-adiknya berhamburan seketika, meski wajah mereka semakin lama semakin pasi, ketiga anak perempuan itu memastikan langkah mereka benar-benar keluar dari kawasan rumah megah tersebut. Namun tanpa tersadar, langkah-langkah gemetar yang diusahakan tergesa-gesa tersebut di susul oleh sebuah payung berukuran agak besar, orang itu meraih aliya lalu menggendongnya, dan tanpa banyak kata asmi dan ayu--adik keduanya, mengikuti langkah pemilik payung tersebut.

***
25 Desember 2010

Sepulang kerja, asmi kembali melakukan pekerjaan keseharian. Ya, di rumah kontrakan tipe 36 dua kamar tersebut, ia merapikan rumah, juga menyediakan makan malam, semua itu ia lakukan seusai sholat maghrib dan tadarrusan. Meski lauk yang ada hanya beberapa potong tempe dan tahu, meja makan itu rapi, bahkan tidak kalah dari meja yang bersiap untuk candle light dinner.

Setelah semua selesai, barulah asmi melepas lelah di atas kasur pemberian orang yang telah dia anggap sebagai orang tuanya setahun terakhir ini, walaupun tidak se-empuk kasur yang dulu, ia tetap sangat menikmatinya. Namun tiba-tiba saja terdengar suara ringkih ayu “kak asmi, kak asmi, cepat kak

Asmi segera bangkit, namun pintu belum seutuhnya terbuka ayu dan aliya telah menubrukkan tubuhnya dalam rangkulan asmi “ada apa sayang ?”

Belum ada jawaban yang terkuak, mereka bertiga tiba-tiba membisu, menelan ludah, kini di hadapan mereka telah berdiri sosok yang sudah seminggu terakhir datang mengunjungi mereka, namun kali ini berbeda, lelaki paruh baya itu tidak sendiri, dia membawa serta lelaki-lelaki berbadan kekar di kedua sisinya.

Hening. Lelaki paruh baya itu tidak memulai pembicaraan sama sekali, dia hanya menatap sekeliling, lalu menatap asmi, ayu dan aliya secara bergantian, berselang detik kemudian ia terkekeh sendiri, membusungkan dada.

Asmi mencoba melawan rasa takutnya “koh, asmi akan bayar minggu depan, asmi janji, asmi belum gajian minggu ini, tolong kasih waktu

Lelaki paruh baya itu masih terkekeh sombong, dengan aksen chinese yang kental ia berujar “hayyaa, sampai kapan kamu bawa-bawa minggu depan, kemarin-kemarin kamu juga bilang begitu, begini saja, saya datang kemari bawa kabar gembira, tidak perlu bayar lagi, tapi ada syaratnya, serahkan adik bungsu kamu untuk bergabung bersama teman-teman koh ini…hahaha

Asmi berkaca-kaca “asmi janji minggu depan, asmi tidak akan ingkar janji, tolongg koh,, tolong

Bawa anak itu      

 jangan,,, jangannn,, jangannnn” asmi berteriak kencang seraya memeluk erat kedua adiknya

Salah satu lelaki bertubuh kekar itu menarik paksa si bungsu “Kak asmi,, kak ayu, aliya takut kak, kak asmiiiiiiiiiiiiiii

Sementara lelaki yang satunya menghampiri meja di ruang tamu lalu merobek-robek tanpa sisa kertas-kertas yang tergeletak di sana. Skripsi Asmi.

Asmi dan ayu tersungkur, aliya yang berhasil di rebut bergegas di bawa pergi oleh mereka. Namun, sepersekian detik kemudian asmi berlari menyusul, ia kembali memohon namun belum menyelesaikan kalimatnya, ia lebih dulu di hentakkan ke belakang oleh lelaki bertubuh kekar itu. Asmi pun hanya mampu menangis dan berteriak “koh aling, tolongg, tolongg kembalikan adik saya koh,, tolongggg” dan tangisan asmi kian buncah setelah melihat lembaran-lembaran skripsi yang tergeletak di meja telah menjadi serpihan-serpihan utuh.

Langit menangis dan bergemuruh tiada henti, persis sama seperti setahun yang lalu, namun kali ini lebih perih. Sangat perih.

***
25 Juni 2011

Pukul 03:00

Seusai shalatul lail, asmi menjangkau bingkai merah muda di sisian tempat tidurnya, dan selang beberapa detik, jemari lentik itu terlihat menyentuh wajah paruh baya yang berkerudung jingga “Ibu, apa kabar ? beberapa jam lagi asmi akan wisuda, asmi bahagiaaaa banget, owya bu, jangan lupa sampaikan rasa terima kasih asmi pada-Nya, bilang juga kalau asmi akan selalu percaya bahwa semua yang diberikan-Nya bukanlah suatu cobaan melainkan sebuah hadiah untuk kesabaran,,, asmi sayang ibu” Suara lirih yang tercekat terdengar samar-samar.

Jari lentik itu pun bergeser sedikit ke kanan “Ayah, yang semangat yah, kebenaran pasti menang, jangan pernah menyerah. Ayah percayalah, asmi, ayu, dan aliya Insya Allah akan baik-baik saja. Meski ibu sudah tidak di tengah-tengah kita lagi, Asmi yakin beliau pasti sangat bahagia melihat kita berempat berkumpul lagi,  ayah mau kan bertahan dan bersemangat demi kami semua ?”Air mata asmi kian menderas.

Pukul 10:00

Paduan suara membahana di gedung perhelatan 3 bulan sekali, dan suasana haru kian terasa ketika asmi berbalik melihat mamak dan bapak juga sebagai pendampingnya, meski bukan orang tua kandung asmi merasa bahagia, kelulusannya yang hampir saja gagal di tengah jalan di saksikan oleh orang-orang yang mencintainya.

Siluet kenangan pun seketika terlintas, bak film yang terputar dari dvd-player, lelaki paruh baya yang tengah menikmati waktu libur bersama keluarganya, di kunjungi oleh beberapa polisi. Dan tanpa merasa bersalah, para pemilik seragam coklat itu membopong serta lelaki paruh baya tersebut ke dalam mobil sirine yang dikendarainya, meninggalkan sosok wanita paruh baya yang tengah menangis juga memeluk anak-anaknya. Waktu itu, tidak ada sepatah kata-pun keluar dari bibir lelaki paruh baya tersebut, yang ada hanya permohonan percaya dari balik mata sendu yang berkaca-kaca. Di surat yang tertinggal itu tertulis “tersangka pembunuhan direktur utama PT. X”. Salah, harusnya di sana tercantum “di fitnah membunuh direktur utama PT. X” Lirih asmi dalam tangisnya.

Hari berganti, seluruh kerabat dan handai taulan saat itu mulai menghindar, disertai dengan kejadian demi kejadian yang bertubi-tubi menimpa—ibu meninggal, rumah terbakar. Dalam sekejap, masa depan suram menghiasi wajah berparas sunda tersebut, dan sangat mutlak file skripsi yang belum sampai tingkat proposal pun terhenti utuh pergerakannya, seperti mobil mogok yang tengah mencari jalan keluar di jalan buntu. Bukan hanya itu, setelah kejadian kebakaran tersebut, asmi mencoba untuk mendatangi satu persatu teman-temannya, namun tak ada satupun yang membuka pintu rumahnya lebar-lebar, mereka hanya membuka pintu sedikit saja lalu menutupnya dengan sigap. Termasuk pintu rumah Rianty Prasetya. Sahabat sedari kecil-nya.

Guratan takdir berjalan sempurna, Allah yang maha besar dan maha adil mengirimkan oase di tengah padang kehidupan keluarga Anggara, di saat semua orang menghindari anak-anaknya, sosok ini justru malah menginginkan kehadiran anak-anak tersebut dalam keluarganya--mamak dan bapak.

Takdir memang berjalan sempurna (25 Desember 2009) -- Sepersekian detik, asmi dan adik-adiknya berhamburan seketika, meski wajah mereka semakin lama semakin pasi, ketiga anak perempuan itu memastikan langkah mereka benar-benar keluar dari kawasan rumah megah tersebut. Namun tanpa tersadar, langkah-langkah gemetar yang diusahakan tergesa-gesa tersebut di susul oleh sebuah payung berukuran agak besar, orang itu meraih aliya lalu menggendongnya, dan tanpa banyak kata asmi dan ayu--adik keduanya, mengikuti langkah pemilik payung tersebut.

Lelaki tinggi besar berseragam putih hitam itu membawa asmi dan kedua adiknya ke rumahnya. Meski rumah itu sangat sederhana namun tempat itu telah menjadi surga untuk asmi dan kedua adiknya selama dua bulan setelahnya. Ya, Sebelum asmi di terima bekerja menjadi salah satu kasir di toko buku ternama.

Takdir selalu berjalan sempurna – Saat asmi mulai bekerja di toko buku tersebut, jangkauan jarak memang menjadi kendala utama, asmi pun memutuskan pindah ke sebuah rumah kontrakan seputaran area pusat perbelanjaan tersebut. Meski berat asmi tetap bertahan, itu semua karena masa depan, sebuah alasan pasti untuk masa depan (skripsi-nya yang sempat tersendat kembali berjalan berkat bantuan atasan dan rekan sekerjanya, ia mendapat fasilitas pinjaman buku-buku yang diperlukan untuk skripsinya selain dari perpustakaaan kampus dan informasi dari internet).

Dan takdir memang akan selalu berjalan dengan sempurna (25 Desember 2010) -- Asmi pun hanya mampu menangis dan berteriak “koh aling, tolongg, tolongg kembalikan adik saya koh,, tolongggg” dan tangisan asmi kian buncah setelah melihat lembaran-lembaran skripsi yang tergeletak di meja telah menjadi serpihan-serpihan utuh. Dalam tangisnya, alam bawa sadar asmi berujar “Yaa Allah asmi butuh keajaiban

Langit menangis dan bergemuruh tiada henti, persis sama seperti setahun yang lalu, namun kali ini lebih perih. Sangat perih.

Dan 5 menit kemudian, daun pintu berbunyi utuh--- tokk,,tokk,,tokk.

Asmi yang bergandengan bersama ayu memberanikan diri membuka pintu “mamakk,, bapakk,, aliya” tangis asmi dan ayu semakin pecah.

Wanita paruh baya yang di maksud pun dengan sigap memeluk erat “Mamak datang karena perasaan mamak tidak enak, dan untung saja kami belum terlambat

Takdir memang berjalan sempurna, namun Allah selalu memperlihatkan kebesaran dan keadilan-Nya  Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan’ (QS. Al-Insyirah: 5-6)

End

0 VLP'ers comment:

Post a Comment

Kesopanan berkomentar cerminan dari kepribadian kita ! Silakan berkomentar sobat ^_*05

From VLP To Friends

Blog Indonesia

blog-indonesia.com

VLP Chats

Hitstats

Indonesia Blogger

Blogger Indo