Friday, September 28, 2012

Yang Pertama dan Yang Terakhir







Suster itu tergesa “Dok, ada lagi korban tabrak lari di UGD, ini yang ke tiga

Segera hubungi dokter haris” Jawab dokter berusia 30 tahun tersebut

Baik dok

***
14 tahun yang lalu…

Sepulang sekolah alif membantu ibunya merapikan barang dagangan yang biasa dijajakan dari pintu ke pintu --panci-panci bersusun, wajan, mangkok, cangkir juga beberapa lembar sarung.

Seraya merapikan Alif menatap wajah ibunya. Lekat. Keletian benar-benar tergurat jelas di wajah wanita yang umurnya terbilang masih muda namun beban hidupnya tak mudah. Wanita yang sedang ia temani merapikan barang itu harusnya sekarang berbahagia dengan lelaki yang meminangnya 17 tahun yang lalu. Namun takdir berkata lain.

Sejak ayah alif berangkat ke negeri seberang, menjadi TKI illegal1) ibunya mulai menghadapi masa-masa sulit menangani hidup sendirian. Bagaimana tidak, di tengah kehidupan ibu kota yang kejam, wanita yang baru saja menginjakkan kaki di usia 17 tahun itu harus merawat anak lelakinya yang juga baru beberapa bulan mengenal dunia.

Masa-masa awal di negeri seberang, ayah alif masih mengirim kabar melalui surat juga terkadang menyelipkan beberapa lembar puluhan ribu, namun itu hanya terjadi selama 6 bulan, bulan-bulan berikutnya, lelaki itu menghilang tanpa kabar dan jejak.

Itulah sebabnya alif bertekad untuk merubah keadaan mereka 180º di masa depan. Mimpi, usaha,  dan berdo’a.

Alif belajar dengan baik, tidak pernah bolos dan nakal apalagi keluyuran tidak jelas seperti yang biasa dilakukan oleh anak-anak seusianya.  Dari SD hingga duduk di bangku SMA, nilai-nilai alif jauh melenggang di atas nilai rata-rata teman sekelasnya, itu pula-lah yang mengantarkan alif tak pernah lepas dari peringkat tiga besar.

Lif, besok jangan lupa bilang sama bu Laura, Insya Allah ibu akan bayar uang sekolahmu minggu depan, istrinya pak adrian yang punya wartel itu tadi beli panci yang seperti ini dua set, baru ngasih panjar, minggu depan bayar lunas” Ujar wanita berkerudung hitam itu antusias di tengah suara plastik yang gemerisik

Alif yang tengah menyusun mangkok tersenyum “Alhamdulillaah, alif senang sekali mendengarnya bu, mmmhh, coba ibu izinin alif bantu menjajakan, mungkin akan lebih banyak yang laku

Ibu alif menyeringai “Hussh,,, kita harus bersyukur atas pemberian Allah, sedikit atau banyak tidak masalah, yang penting berkah dan halal” sejenak wanita itu mengambil nafas “lagian membantu ibu bukan berarti alif harus ikut menjajakan, belajar yang baik dan jadi anak sholeh, itu sudah lebih dari cukup, janji ya nak?” tukasnya tuntas penuh harap

Alif bangkit memeluk “Iya bu, alif janji akan jadi anak yang baik dan sholeh, alif sayang ibu”

Ibu alif balas memeluk, gurat letihnya perlahan pudar dengan kasih dari talian darahnya.

***
Alif, batas waktu kamu seminggu lagi” ujar wanita berperawakan indo tersebut

Alif memperbaiki posisi duduknya “Alif tahu bu, tapiii…

Tapi apa lif ? ingat, ibu tidak bisa membantu banyak, apapun keputusan kepala yayasan ibu akan menaati” kali ini wanita itu menatap iba

Iya bu, alif akan usahakan dalam seminggu terakhir” Alif menunduk pelan lalu melangkah  penuh kecemasan “mungkin ini terakhir kalinya saya menginjak ruang guru ini” batinnya lirih.
Dua minggu terakhir Khaifah, ibu alif, terbaring sakit. Alhasil, uang SPP alif yang terkumpul, digunakan dan habis seketika. Awalnya ibu alif tak mau ke dokter, namun alif bersikukuh membujuk “kesehatan ibu jauh lebih penting”, walaupun konsekuensinya sangat berat, jika tak membayar uang sekolah dalam bulan ini, ia akan dikeluarkan.
Malam yang sedari tadi beranjak tak menghentikan Alif memegang dan menatap secarik kertas yang di sodorkan pak bakri sebelum pulang sekolah tadi, ia hanya mondar-mandir, gelisah.

Lelaki paruh baya yang tak lain adalah satpam sekolahnya itu bercerita tentang sosok yang ia temui saat menghadiri acara hajatan di rumah saudaranya, seminggu yang lalu. “Lif, ayahmu sendiri yang memberikan nomor itu, katanya kalau kamu ada keperluan telpon saja dia

Kini, dua kubu hati bertentangan, di satu sisi ingin menelpon untuk memberitahukan keadaannya sekarang, sementara di sisi lain tak mau menyakiti hati ibunya. Setelah lama berperang dengan batinnya sendiri, Alif bergegas. Wartel di ujung jalan menjadi tujuan.

Assalaamu’alaikum,, bisa bicara dengan ayah ?
Ini siapa?
A….a…lif,,
Mau ngapain kamu nelpon kemari, mau minta uang ? tidak ada
Klik, telpon terputus

Alif menelan ludah, ia memutuskan untuk menunggu. Berharap bukan wanita itu lagi yang mengangkat telponnya “ternyata ibu tiri itu memang kejam” lirih batinnya. Selang belasan menit kemudian, alif kembali menekan nomor yang tertera di secarik kertas tersebut.

Assalaamu’alaikum, a…a..yah
Wa’alaikumussalam,, alif kamu nak ?
Iya yah, ini alif
Alhamdulillaah, akhirnya kamu menelpon ayah juga, kamu baik-baik saja kan nak ?

Alif tercekat, ingin menjawab lugas namun dihadapannya kini muncul bayang-bayang wajah pejuang hidupnya yang penuh air mata. Pejuang yang benar-benar memperjuangkannya hingga berumur belasan tahun seperti sekarang, pejuang yang menjadi sosok pertama yang selalu ada buat-nya. Sedang di seberang sana adalah sosok seseorang yang telah tega meninggalkan pejuang hidupnya sendirian, dan harusnya sosok itu berada di urutan terakhir dalam hidupnya. Kegelisahan pun kembali menyelimuti remaja 16 tahun tersebut.

Di tengah keadaan yang dilematis, Alif bertindak cepat, menutup telpon dengan sigap. Meski dari seberang sana masih sibuk bertanya “Lif,, alif ? kamu masih di sana kan nak ? Alif? Alif??

Dengan mata berkaca-kaca Alif menatap kaca wartel “Perasaan ibu jauh lebih penting dan mungkin memang takdir mengharuskanku berhenti bermimpi” Lirihnya pedih.

***
Suster itu tergesa “Dok, ada lagi korban tabrak lari di UGD, ini yang ke tiga

Segera hubungi dokter haris” Jawab dokter berusia 30 tahun tersebut

Baik dok” dengan lincah suster itu berlari ke ruang administrasi dan berselang menit kemudian suster itu kembali tergesa “Dok, ponsel dokter haris tidak aktif

Ya sudah, tidak apa-apa, biar saya saja yang menangani semuanya” dokter berusia 30 tahun itu berjalan cepat menuju ruang yang di maksudkan, namun masih beberapa meter jarak ke ruang yang di tuju ponselnya bergetar,

Dari ibuku tersayang

Nak,, Pak Adrian dan istrinya datang, sempatkan makan siang di rumah.

Usai membaca pesan, Alif hanya melayangkan anggukan depan layar kecil tersebut, Ia kembali melanjutkan langkahnya.

Pak Adrian merupakan pahlawan yang dikirimkan Allah dalam hidup alif, sejak alif terlihat berkaca-kaca di bilik wartelnya, ia tahu bahwa anak ini tengah penuh duka. Ia pun menawarkan alif untuk menjaga wartel setiap pulang sekolah dengan gaji yang lebih dari cukup. Sebenarnya bukan hanya gaji, ditambah dengan sedekah. Uang sekolah-pun terbayar. Dan tak lama berselang sejak kejadian itu, tepatnya dua bulan kemudian, pak Adrian naik pangkat, ia dipindah tugaskan ke luar negeri, dan sebelum beliau berangkat, tanah, wartel juga seisinya ia hibah2)-kan ke alif.

Sesaat setelah sampai di UGD. Alif terperanjat, ia seperti mengenal dekat sosok yang terbaring di sana. Ya, wajah sosok itu persis sama dengan wajah pada foto yang kini berada di balik lipatan pakaiannya —foto yang alif temukan di balik bantal ibunya sewaktu  ibunya sakit berminggu-minggu. Bedanya saat itu wajah lelaki tersebut tersenyum di samping ibunya yang memakai kebaya, dan saat ini wajah lelaki itu telah bersimbah darah. Alif bergegas mengelap darah yang ada. Dalam guratan wajah yang tampak jelas dihadapannya, bayang-bayang ibunya membuncah, alif memeluk erat seraya lirih berucap “bu, maafkan alif, kali ini alif memeluk seseorang yang telah menyakitimu, meskipun dia bukan yang pertama di hati alif, namun alif berharap pertemuan ini tak menjadi yang terakhir”.


Keterangan :
1)      Illegal              : Tidak resmi.
2)      Hibah              : Pemberian secara sukarela dari pemberi kepada penerimaan yang
  dibuat atas dasar kasih sayang tanpa menerima balasan apa-pun.



Makassar, Juli 2012


0 VLP'ers comment:

Post a Comment

Kesopanan berkomentar cerminan dari kepribadian kita ! Silakan berkomentar sobat ^_*05

From VLP To Friends

Blog Indonesia

blog-indonesia.com

VLP Chats

Hitstats

Indonesia Blogger

Blogger Indo