Friday, September 28, 2012

Di batas Luka




Halo cantik, minggu nanti kamu nggak ada acara kan?” Sapa suara di seberang sana
Nggak ada, tenang aja aku pasti datang ke acara keluargamu” jawab Anggi dengan riang
Makasih ya cantik , sekalian aku kenalin kamu ke orang tua-ku, gimana ?
Anggi tersipu dan mengangguk setuju seolah ponsel itu mampu mengantarkan anggukan-nya.

Setelah ponsel lipat itu tertutup utuh, anggi mengguling-gulingkan tubuhnya di kasur, lalu menari-nari riang mengintari kamar, tak lupa bercermin di sudut kamar “cermin ajaib, aku akan segera dikenalkan ke orang tua-nya, itu berarti kamu harus siap-siap jadi saksi keanggunanku memakai gaun pengantin,, saatnya bilang sempurna” anggi memajukan tangan kanannya mengikuti gaya salah satu ilusionis ternama.

Anggi pun lalu memutar musik kesukaannya kemudian melilitkan pashmina di kepala dan di tambah bros mawar yang besar lantas berjinjit ke arah balkon seolah memakai sepatu high-heels 12cm, Aku pasti sangat cantik nantigumamnya lirih lalu menari dan berputar-putar lagi ala scene film bollywood.

Anggi senyum-senyum sendiri mengingat kenangan indah bersama lelaki yang kini menjadi kekasihnya, beberapa bulan yang lalu adalah pertemuan pertama mereka dan seminggu kemudian mereka berdua “jadian”, kini tiga bulan telah berlalu, lelaki itu mengajak bertemu orang tua-nya, “ohh,, rasanya begitu indah,,, Edo, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu” pekik anggi dengan wajah merona.

***
Siang itu juga anggi turun ke ruang keluarga lalu memberi tahu mama dan kakaknya tentang ajakan edo barusan. Kali ini anggi di atas angin, betapa tidak, selama ini ia selalu ingin membuktikan bahwa edo itu berniat baik padanya bukan hanya mempermainkan. Mendengar berita terbaru itu, aksel kembali angkat suara menentang anggi. Namun anggi benar-benar tidak peduli dengan larangan kakaknya itu .

Dengan berani ia berujar “pokoknya kak aksel setuju atau nggak, aku tetap jalan sama edo, edo itu baik, kak aksel aja yang suka berfikir nggak-nggak
Aksel dengan lantang menjawab “terserah kamu nona anggi, yang jelas kakak sudah mengingatkan kamu, dan satu lagi yang harus kamu ingat, tolong hargai kerudung yang kamu pakai itu, titik

Aksel berlalu, Anggi pun berlari memeluk mamanya “itu tuh ma, hasilnya kak aksel naksir sama wanita berjilbab besar, malah ceramahin aku lagi, huh, benerin dulu tuh sifatnya kakak, yang pentingkan pakai kerudung, iya kan ma?

Dengan lembut mama anggi mengelus kepala anak gadisnya “yang dibilang sama kakak-mu itu benar sayang, kerudung itu jangan dijadikan hiasan atau mengikuti trend saja, tapi kamu juga harus bisa menjaga tingkah laku dan sifatmu, karena kerudung bukan main-main sayang, itu adalah perintah Allah. Aksel juga tidak kenal dekat apalagi pacaran sama gadis itu, dia hanya kagum dengan kepribadiannya wanita paruh bayah itu sejenak mengambil nafas “ Apalagi papa sekarang sudah tidak ada lagi, jadi kakak-mu lah yang wajib mengingatkan sayang

Anggi menggeliat “mama kok belain kak aksel, anggi kan anak kesayangan mama. Pokoknya biar bagaimanapun anggi tetap sama edo, nggak akan putus. Anggi akan buktikan ke mama dan kak aksel kalau edo itu adalah lelaki yang baik dan tulus menyayangi anggi”. Sepersekian detik kemudian, Anggi berlari menuju kamar dengan wajah yang ditekuk.

***
Hari yang dinanti-nanti pun telah tiba meski kesehatannya sedikit terganggu, anggi tetap antusias menghadiri acara keluarga edo. Bahkan gaun yang ia kenakan adalah gaun spesial yang ia beli kemarin bersama edo, ya, anggi membelinya sehari sebelum hari H.

Dengan langkah anggun, anggi memasuki gerbang garden party1) nan mewah tersebut. Meski sama sekali tidak mengenal tamu-tamu yang berada di sana, anggi tetap melayangkan senyuman manis kepada orang-orang yang ia lalui sepanjang jalan, ia pun segera mengambil posisi duduk paling depan di area kursi tamu yang telah disediakan.

Anggi menengok kanan kiri, namun tetap tak menemukan sosok yang dicarinya, ia pun memutuskan bertanya pada salah satu wanita yang tengah lewat dihadapannya

Maaf mbak, boleh nanya, edo dimana yah, kok dari tadi aku cariin nggak keliatan ?

Ohh,, edo, tadi sih aku liat dia ada di kamarnya, sudah rapi, tapi masih sibuk di depan kaca, mungkin lagi mempersiapkan kata-kata yang pas buat melamar kekasih hatinya, denger-denger sih gitu, anniversary mami papi-nya, ya, sekalian dia lamar pacarnya” jawab wanita bergaun merah selutut tersebut

Anggi tersipu disertai batinnya berjingkrak girang “tuh kan edo memang baik, dia menepati janjinya, sampai rumah nanti, aku langsung kasi tau kak aksel kalau aku di lamar

Mbak,, mbak,, masih ada yang bisa aku bantu ?” Ujar wanita tersebut seraya menggoyangkan tangan kanannya di depan wajah anggi

Lamunan anggi pun sontak buyar “Ohh,, nggak ada lagi mbak, makasih yah, aku nunggu sini aja

***
Lelaki yang dia cari-cari akhirnya muncul, anggi melambaikan tangan namun tak ada respon dari lelaki tersebut. Anggi pun memutuskan untuk tetap duduk ditempatnya “kan aku dipanggil juga nanti, diperkenalkan sekaligus di lamar” lirihnya riang.

Sesi acara ulang tahun perkawinan orang tua edo pun berlangsung sempurna, anggi masih takzim duduk di tempat, bahkan tak sedikitpun menyentuh dessert atau makanan lain yang telah disiapkan, yang terlihat hanya minuman di tangan kanannya. Rupanya gadis itu benar-benar tegang menanti saat-saat indah dalam hidupnya.

Dan tibalah saat yang anggi nanti-nantikan, mendengar mami edo yang mulai mengumumkan akan ada acara spesial dari anak lelaki kebanggaannya, anggi pun bersiap untuk berdiri, ia meletakkan minum lalu merapikan bros di ciputan kerudungnya.

Sepersekian detik, edo dengan lantang berujar “Terima kasih atas perhatiannya, aku ingin mengumumkan secara resmi bahwa malam ini aku akan melamar seorang wanita yang begitu spesial, dan dia ada di antara para tamu sekalian, izinkan aku untuk menyambut permaisuri hatiku

Setelah mendengar tuntas, anggi segera berdiri dari tempat duduknya namun tiba-tiba saja senyum riang yang sedari tadi bertengger di wajahnya memudar seketika, berganti dengan wajah nelangsa yang membayangkan kejadian kemarin --lelaki itu kemarin mengajak anggi membeli gaun, lalu mengiming-imingkan melamar anggi hari ini, asalkan ia mau melepas kerudung sekali itu saja dan mengambil hal yang paling berharga dalam dirinya. Mendengar ingin dilamar anggi sontak riang dan melupakan segalanya, ia menyanggupi seluruh permintaan edo.

Namun apa yang terjadi saat ini malah berbeda 180°, lelaki yang berjanji itu malah menyambut kelopak tangan wanita lain, wanita bergaun biru selutut yang berdiri tepat di samping wanita bergaun merah yang anggi tanya sebelumnya.

Anggi yang mulai sadar akan penipuan kekasih kebanggaannya, seketika menyeruduk adegan dramatis tersebut, ia menangis lalu memukuli edo sekuat tenaga, semua mata pun tertuju pada mereka, namun tanpa merasa bersalah sedikitpun, edo malah menyeret anggi keluar dari pesta lalu berteriak lantang pada tamu yang hadir “wanita ini bukan siapa-siapa kok, ini fans berat aku dikampus, dia memang menderita depresi berat sejak aku tolak. Tenang, dia akan segera pergi dari sini

Buukk,, tubuh anggi terhempas, hatinya jauh lebih terhempas. Tidak ada lagi perasaan yang mampu ia utarakan selain air mata yang tak henti berurai. Langit seolah runtuh, bayangan wajah aksel dan mama-nya pun seketika muncul menari-nari.

***
Kian hari tubuh anggi kian ringkih. Kejadian itu memang sangat memukul batin anggi, bukan hanya memukul namun benar-benar mempengaruhi kejiwaannya. Depresi berat.

Sayup-sayup terdengar suara paruh baya dalam isak “dokter tolong bantu sembuhkan anakku, apapun yang harus dilakukan, tolong lakukan, aku tidak sanggup melihat anakku seperti ini  terus, aku bisa mati dok

Ibu yang sabar yah, saya sebagai dokter, juga turut prihatin melihat keadaannya, tapi setidaknya anak ibu masih beruntung, Allah masih memberinya kesempatan hidup, tolong di jaga baik-baik jangan sampai dia coba bunuh diri lagi. Seandainya ibu membiarkan anggi di rawat di rumah sakit mungkin kejadian seperti ini tak kan terulang beberapa kali.”

Masih dalam isaknya mama anggi memotong “tapi anakku tidak gila dokter

“saya mengerti perasaan ibu, kami dari pihak rumah sakit akan mengirim beberapa suster ke sini untuk bantu menjaga, sekali lagi do’akan anak ibu, dekatkan ia pada Allah, kenalkan lebih jauh, maaf sebelumnya bu, lakukan sebelum terlambat tutur wanita muda berpakaian atasan putih tersebut

Sesaat setelah dokter itu berlalu, mama anggi segera menuju garasi dan menyetir mobilnya dengan gas di atas rata-rata, ia sangat terburu-buru. Aksel yang sedari tadi memeluknya pun kaget, karena tidak diberitahu perihal apa yang akan dilakukan wanita paruh baya tersebut. Aksel hanya mengangguk menuruti permintaannya saat diminta untuk menjaga anggi yang tengah menatap kosong.

***
Wanita paruh baya tersebut memarkir mobilnya di area mesjid, lalu segera berlari menyusuri lorong kecil, tepat di sebelah mesjid. Beberapa saat kemudian ia terlihat berhenti di depan rumah berwarna putih.  Mama anggi yang masih ngos-ngosan itu pun mencoba mengetuk pintu seraya mengucap salam, dari dalam rumah samar-samar terdengar jawaban, dan tidak lama berselang, pintu terbuka.

Subhanallaah, ibu shafiya, lama tidak melihat ibu di pengajian, silahkan masuk, maaf bu rumahnya berantakan, maklum anak kost-an,,hehe

Terima kasih nak ustadz, tidak apa-apa kok, ibu cuma sebentar saja, ada hal yang ingin ibu tanyakan sekalian minta tolong ke nak ustadz

Ohh, silahkan ibu,, dengan senang hati, selama saya masih bisa membantu, Insya Allah akan saya bantu”

Kurang lebih lima belas menit mama anggi bercerita di depan ustadz Zulkarnain, lulusan pesantren pelosok yang tengah melanjutkan pendidikan S1 di Jakarta, sekaligus merupakan ustadz yang selalu mengisi pengajian yang diadakan di kompleks ibu shafiya. Sepanjang bercerita, wajah wanita paruh baya itu basah dengan air mata, ia benar-benar menumpahkan seluruh kata-kata yang bergejolak dalam dadanya.

***
Anggi berjalan menuju kamar, ia membawa sebuah kotak merah muda dengan ikatan pita yang senada, meski wajahnya masih agak pucat, anggi begitu bahagia menatap satu nama spesial yang tertulis diatas kotak tersebut. Selama tujuh bulan terakhir, ia memang selalu menerima hadiah setiap hari, entah itu di meja makan, di ayunan samping kolam renang, di depan pintu kamar atau bahkan di kulkas seperti hari ini. Hal itulah yang membuat anggi mulai berani meninggalkan kamar, setidaknya ia merasa bahwa hidupnya telah kembali ceria juga utuh. Dan rupanya hari ini anggi mendapatkan buku bergembok disertai fotonya sebagai sampul depan. Dengan senyum yang masih mengembang, anggi mulai mencorat-coret halaman pertama.

Dear Diary
Alhamdulillaah  aku masih hidup, sampai detik ini masih menghirup udara kamar nuansa hijau kebanggaanku. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, hari ini bahkan seperti mimpi dalam hidupku.
Yaa Allah, betapa Penyayang-nya Engkau, bahkan aku yang tak pantas juga hina masih Engkau beri nikmat yang melimpah.

Andai aku tahu. Ahh… bahkan sama kamu aja aku malu bercerita diary. Memang benar penyesalan selalu datang terlambat.

Terima kasih Yaa Allah atas segala Anugerah-Mu, terima kasih mama, kak aksel yang tetap setia menemaniku selama ini dan untuk suamiku tercinta terima kasih atas senyuman, cinta, juga kejutan-kejutannya dari hari ke hari. Dan…. maafkan aku yang tak bisa menjadi jodoh yang baik buatmu, maafkan aku, maafkan aku, andai aku tahu…”

JAnggia Kirana Love ZulkarnainJ


End
Makassar, Juli 2012

Ket:
1)      Garden Party   : Pesta Kebun.




0 VLP'ers comment:

Post a Comment

Kesopanan berkomentar cerminan dari kepribadian kita ! Silakan berkomentar sobat ^_*05

From VLP To Friends

Blog Indonesia

blog-indonesia.com

VLP Chats

Hitstats

Indonesia Blogger

Blogger Indo