“Halo cantik, minggu nanti kamu nggak ada acara kan?” Sapa suara di
seberang sana
“Nggak ada, tenang aja aku pasti datang ke acara keluargamu” jawab Anggi dengan riang
“Makasih ya cantik , sekalian aku kenalin kamu ke orang tua-ku, gimana ?”
Anggi tersipu dan mengangguk setuju
seolah ponsel itu mampu mengantarkan anggukan-nya.
Setelah ponsel lipat itu tertutup
utuh, anggi mengguling-gulingkan tubuhnya di kasur, lalu menari-nari riang
mengintari kamar, tak lupa bercermin di sudut kamar “cermin ajaib, aku akan segera dikenalkan ke orang tua-nya, itu berarti
kamu
harus
siap-siap
jadi
saksi keanggunanku memakai
gaun
pengantin,,
saatnya bilang sempurna” anggi memajukan
tangan kanannya mengikuti gaya salah satu ilusionis ternama.
Anggi pun lalu memutar musik
kesukaannya kemudian melilitkan pashmina di kepala dan di tambah bros mawar
yang besar lantas berjinjit
ke arah balkon seolah memakai sepatu high-heels
12cm, “Aku pasti sangat cantik nanti” gumamnya
lirih lalu menari dan berputar-putar lagi
ala
scene film bollywood.
Anggi senyum-senyum sendiri
mengingat kenangan indah bersama lelaki yang kini menjadi kekasihnya, beberapa
bulan yang lalu adalah pertemuan pertama mereka dan seminggu kemudian mereka
berdua “jadian”, kini tiga bulan telah berlalu, lelaki itu mengajak bertemu
orang tua-nya, “ohh,, rasanya
begitu indah,,, Edo, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu”
pekik anggi dengan wajah merona.
***
Siang itu juga
anggi turun ke ruang keluarga lalu memberi tahu mama dan kakaknya tentang
ajakan edo barusan. Kali ini anggi di atas angin, betapa tidak, selama ini ia
selalu ingin membuktikan bahwa edo itu berniat baik
padanya bukan hanya mempermainkan.
Mendengar berita terbaru itu, aksel kembali angkat suara menentang anggi. Namun anggi
benar-benar tidak peduli dengan larangan kakaknya itu .
Dengan
berani ia berujar “pokoknya kak aksel setuju atau nggak, aku tetap jalan sama
edo, edo itu baik, kak aksel aja yang suka berfikir nggak-nggak”
Aksel dengan lantang menjawab
“terserah kamu nona anggi, yang jelas
kakak sudah mengingatkan kamu, dan satu lagi yang harus kamu ingat, tolong hargai
kerudung yang kamu pakai itu, titik”
Aksel berlalu, Anggi pun berlari
memeluk mamanya “itu tuh ma, hasilnya kak
aksel naksir sama wanita berjilbab besar, malah ceramahin aku lagi, huh, benerin dulu tuh
sifatnya kakak, yang pentingkan pakai kerudung, iya kan ma?”
Dengan lembut mama anggi mengelus
kepala anak gadisnya “yang dibilang sama
kakak-mu
itu benar sayang, kerudung itu jangan dijadikan hiasan atau mengikuti
trend saja, tapi kamu juga harus bisa menjaga tingkah laku dan sifatmu, karena kerudung
bukan main-main sayang, itu adalah perintah Allah. Aksel juga tidak
kenal dekat apalagi pacaran sama gadis itu, dia hanya kagum dengan
kepribadiannya” wanita paruh bayah itu sejenak mengambil nafas “ Apalagi papa sekarang sudah tidak ada lagi, jadi kakak-mu lah yang
wajib mengingatkan sayang”
Anggi menggeliat “mama kok belain
kak aksel, anggi kan anak kesayangan mama. Pokoknya biar bagaimanapun anggi tetap sama edo,
nggak akan putus. Anggi akan buktikan ke mama dan kak aksel kalau edo itu
adalah lelaki yang baik dan tulus menyayangi anggi”. Sepersekian detik kemudian, Anggi
berlari menuju kamar dengan wajah yang
ditekuk.
***
Hari yang dinanti-nanti pun telah
tiba meski kesehatannya sedikit terganggu, anggi tetap antusias menghadiri
acara keluarga edo. Bahkan gaun yang ia kenakan adalah gaun spesial yang ia
beli kemarin bersama edo, ya, anggi membelinya sehari sebelum hari H.
Dengan langkah anggun, anggi
memasuki gerbang garden party1)
nan mewah tersebut. Meski
sama sekali tidak mengenal tamu-tamu yang berada di sana, anggi tetap
melayangkan senyuman manis kepada orang-orang yang ia lalui sepanjang jalan, ia pun segera mengambil posisi duduk
paling depan di area kursi tamu yang telah disediakan.
Anggi
menengok kanan kiri, namun
tetap tak menemukan sosok yang dicarinya, ia pun memutuskan bertanya
pada salah satu wanita
yang tengah lewat dihadapannya
“Maaf mbak, boleh nanya, edo dimana yah, kok dari tadi aku cariin nggak
keliatan ?”
“Ohh,, edo, tadi sih aku liat dia ada di kamarnya, sudah rapi, tapi
masih sibuk di depan kaca, mungkin lagi mempersiapkan kata-kata yang pas buat
melamar kekasih hatinya, denger-denger sih gitu, anniversary mami papi-nya, ya,
sekalian dia lamar pacarnya” jawab wanita bergaun merah selutut tersebut
Anggi tersipu disertai batinnya
berjingkrak girang “tuh kan edo memang
baik, dia menepati janjinya, sampai rumah nanti, aku langsung kasi tau kak
aksel kalau aku di lamar”
“Mbak,, mbak,, masih ada yang bisa aku bantu ?” Ujar wanita tersebut
seraya menggoyangkan tangan kanannya di depan wajah anggi
Lamunan anggi pun sontak buyar “Ohh,, nggak ada lagi
mbak, makasih yah, aku nunggu sini aja”
***
Lelaki yang dia cari-cari akhirnya
muncul, anggi melambaikan tangan namun tak ada respon dari lelaki tersebut.
Anggi pun memutuskan untuk tetap duduk ditempatnya “kan aku dipanggil juga nanti, diperkenalkan
sekaligus di lamar” lirihnya riang.
Sesi acara ulang tahun perkawinan
orang tua edo pun berlangsung sempurna, anggi masih takzim duduk di
tempat, bahkan tak sedikitpun
menyentuh dessert atau makanan lain yang
telah disiapkan, yang terlihat hanya minuman
di tangan kanannya. Rupanya gadis
itu benar-benar tegang menanti saat-saat indah dalam hidupnya.
Dan tibalah saat yang anggi nanti-nantikan, mendengar mami edo yang mulai mengumumkan akan
ada acara spesial dari anak lelaki kebanggaannya, anggi pun bersiap untuk
berdiri, ia meletakkan minum lalu merapikan bros di ciputan kerudungnya.
Sepersekian
detik, edo dengan
lantang berujar “Terima kasih atas
perhatiannya, aku
ingin mengumumkan secara resmi bahwa malam ini aku akan melamar seorang wanita yang begitu spesial,
dan
dia
ada di antara para tamu sekalian, izinkan aku untuk menyambut permaisuri hatiku”
Setelah mendengar tuntas, anggi
segera berdiri dari tempat duduknya namun tiba-tiba saja senyum riang yang sedari tadi bertengger di
wajahnya memudar seketika, berganti dengan wajah nelangsa yang membayangkan
kejadian kemarin --lelaki
itu kemarin mengajak anggi membeli gaun,
lalu mengiming-imingkan melamar anggi hari ini, asalkan ia mau melepas kerudung sekali itu saja dan mengambil
hal yang paling berharga dalam dirinya. Mendengar
ingin dilamar anggi sontak riang dan melupakan segalanya, ia menyanggupi
seluruh permintaan edo.
Namun
apa yang terjadi saat ini malah berbeda 180°, lelaki
yang berjanji itu malah menyambut kelopak tangan wanita lain, wanita bergaun
biru selutut yang berdiri tepat di
samping wanita bergaun merah yang anggi tanya sebelumnya.
Anggi yang mulai
sadar akan penipuan kekasih kebanggaannya, seketika
menyeruduk adegan dramatis tersebut, ia menangis lalu memukuli edo sekuat
tenaga, semua mata pun tertuju
pada mereka, namun
tanpa merasa bersalah sedikitpun,
edo malah menyeret anggi keluar dari pesta lalu berteriak lantang pada tamu
yang hadir “wanita ini bukan siapa-siapa kok, ini fans berat aku
dikampus, dia memang menderita depresi berat sejak aku tolak. Tenang, dia
akan segera pergi dari sini”
Buukk,, tubuh
anggi terhempas, hatinya jauh
lebih terhempas. Tidak ada lagi perasaan yang mampu ia utarakan selain air mata yang tak henti berurai. Langit
seolah runtuh, bayangan wajah aksel dan
mama-nya pun seketika muncul menari-nari.
***
Kian hari tubuh anggi kian ringkih. Kejadian itu memang
sangat memukul batin anggi, bukan hanya memukul namun benar-benar mempengaruhi
kejiwaannya. Depresi berat.
Sayup-sayup terdengar suara paruh
baya dalam isak “dokter tolong bantu
sembuhkan anakku, apapun yang harus dilakukan, tolong lakukan, aku tidak
sanggup melihat anakku seperti ini terus,
aku bisa mati dok”
“Ibu yang sabar yah, saya sebagai dokter, juga turut prihatin melihat
keadaannya, tapi setidaknya anak ibu masih beruntung, Allah masih memberinya
kesempatan hidup, tolong di jaga baik-baik jangan sampai dia coba bunuh diri lagi. Seandainya ibu membiarkan anggi di rawat di rumah
sakit mungkin kejadian seperti ini tak kan terulang beberapa kali.”
Masih dalam
isaknya mama anggi memotong “tapi anakku
tidak gila dokter”
“saya mengerti perasaan ibu, kami dari pihak rumah sakit
akan
mengirim beberapa suster ke sini untuk bantu menjaga, sekali lagi do’akan anak
ibu, dekatkan ia pada Allah, kenalkan lebih jauh, maaf sebelumnya bu, lakukan
sebelum terlambat” tutur wanita
muda berpakaian atasan putih tersebut
Sesaat setelah dokter itu berlalu,
mama anggi segera menuju garasi dan menyetir mobilnya dengan gas di atas
rata-rata, ia sangat terburu-buru. Aksel yang sedari tadi memeluknya pun kaget,
karena tidak diberitahu perihal apa yang akan dilakukan wanita paruh baya tersebut.
Aksel hanya mengangguk menuruti permintaannya saat diminta untuk menjaga anggi
yang tengah menatap kosong.
***
Wanita paruh
baya tersebut memarkir mobilnya di area mesjid, lalu segera berlari
menyusuri lorong kecil, tepat di sebelah
mesjid. Beberapa saat kemudian ia terlihat berhenti di
depan rumah berwarna putih. Mama anggi yang masih
ngos-ngosan itu pun mencoba mengetuk
pintu seraya mengucap salam, dari dalam rumah samar-samar terdengar jawaban, dan tidak lama berselang,
pintu terbuka.
“Subhanallaah, ibu shafiya, lama tidak melihat ibu di pengajian, silahkan masuk, maaf bu
rumahnya berantakan, maklum anak kost-an,,hehe”
“Terima kasih nak ustadz,
tidak apa-apa kok, ibu cuma sebentar saja,
ada hal yang ingin ibu tanyakan sekalian minta tolong ke nak ustadz”
“Ohh, silahkan ibu,, dengan senang hati, selama saya masih bisa
membantu, Insya Allah akan saya bantu”
Kurang lebih lima belas menit mama
anggi bercerita di depan ustadz Zulkarnain,
lulusan pesantren pelosok yang tengah melanjutkan pendidikan S1 di Jakarta, sekaligus merupakan ustadz yang
selalu mengisi pengajian yang diadakan di kompleks ibu shafiya. Sepanjang bercerita, wajah
wanita paruh baya itu basah dengan air mata, ia benar-benar menumpahkan seluruh
kata-kata yang bergejolak dalam dadanya.
***
Anggi berjalan
menuju kamar, ia membawa sebuah kotak merah muda dengan ikatan pita yang senada,
meski wajahnya masih agak pucat, anggi begitu bahagia menatap satu nama spesial
yang tertulis diatas kotak tersebut. Selama tujuh bulan terakhir, ia memang selalu
menerima hadiah setiap hari, entah itu di meja makan, di ayunan samping kolam
renang, di depan pintu kamar atau bahkan di kulkas seperti hari ini. Hal itulah
yang membuat anggi mulai berani meninggalkan kamar, setidaknya ia merasa bahwa
hidupnya telah kembali ceria juga utuh. Dan rupanya hari ini anggi mendapatkan buku
bergembok disertai fotonya sebagai sampul depan. Dengan senyum yang masih mengembang,
anggi mulai mencorat-coret halaman pertama.
Dear Diary
Alhamdulillaah aku
masih hidup, sampai detik ini masih menghirup udara kamar nuansa hijau kebanggaanku. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, hari ini bahkan
seperti mimpi dalam hidupku.
Yaa Allah, betapa Penyayang-nya Engkau, bahkan aku
yang tak pantas juga hina masih Engkau beri nikmat yang melimpah.
Terima kasih Yaa Allah atas segala Anugerah-Mu, terima
kasih mama, kak aksel yang tetap setia menemaniku selama ini dan untuk suamiku
tercinta terima kasih atas senyuman, cinta, juga kejutan-kejutannya dari hari
ke hari. Dan…. maafkan aku yang tak bisa menjadi jodoh yang baik buatmu,
maafkan aku, maafkan aku, andai aku tahu…”
JAnggia
Kirana Love ZulkarnainJ
End
Makassar, Juli 2012
Ket:
1)
Garden Party : Pesta Kebun.
0 VLP'ers comment:
Post a Comment
Kesopanan berkomentar cerminan dari kepribadian kita ! Silakan berkomentar sobat ^_*05