Alunan musik mengalun lembut di setiap
sudut “Green Book Store”, salah satu
cabang toko buku terbesar di Indonesia. Alunan-alunan indah tersebut telah membuat
para pengunjung terlena untuk berlama-lama di dalamnya, menikmati kuartal demi
kuartal, tone demi tone. Dari cctv terlihat jelas kegiatan-kegiatan para
pengunjung, ada yang membaca sinopsis kemudian membelinya, ada juga yang hanya
membaca kemudian meletakkannya kembali. Ada yang datang sendiri, berdua, ada
juga yang beramai-ramai. Seperti itulah suasana yang setiap hari ditemui oleh
asma selama setahun terakhir. Dan dari arah pintu masuk terlihat seorang wanita
berkerudung biru muda menghampiri asma.
“Assalaamu’alaikum
Asma” sapa wanita berkerudung biru tersebut
Wanita berkerudung hijau itu pun spontan
berbalik “Wa’alaikumussalam,, Rianty,
kamu makin cantik dengan kerudung, makin bercahaya”
Dengan wajah yang tersipu malu rianty
menjawab “Makasih, ma… biasa aja kok
sebenarnya… tapi jujur, aku ngerasa sangat nyaman sejak menggunakan kerudung, dan
perasaan itu tidak bisa dibahasakan lewat kata-kata,,hehe…”
“Alhamdulillaah,
ty, aku bahagia banget, ngeliat kamu sudah berkerudung, ternyata S.E mampu
mengantarkan kamu jadi muslimah sejati sekarang” sambil mendaratkan cubitan
kecil di lengan sahabatnya
Rianty membalas cubitan kecil asma
seraya berkata “asma, asma… bisa aja
kamu,, aku jadi malu…hehe… owya,, gimana kabar skripsimu ?”
Dengan senyum manis asma menjawab “Alhamdulillaah, sekarang sudah ada di pembimbing
2 untuk di koreksi,, do’ain yahh, biar cepet nyusul kamu…”
Rianty
pun menggenggam asma “Iya,, Semoga sahabatku yang paling baik ini lulus
secepatnya,,aamiin… tapi soal nyusul aku,, jangan deh, ntar kamu pengangguran
lagi kaya’ aku…hehe”
Asma membalas dengan senyuman yang penuh
tanya “Aamiin.. Lho, bukannya kemarin, kamu
dah diterima di perusahaan swasta, yang industri di Kalimantan itu??”
“Iya
ma, aku dah interview user sebulan yang lalu, tapi orang tuaku ga setuju kalau
aku ditempatkan di lokasi perkebunan industri itu, jadi pada saat pemanggilan tes
kesehatan, aku ga hadir” Rianty menunduk sedih
Melihat sahabatnya sedih, asma kini
balik menggenggam “Ty,, aku ngerti
perasaan kamu gimana, tapi restu orang tua itu memang penting, apalagi ini
menyangkut masa depan kita, tapi aku ga bermaksud menggurui kamu ty, cuma
sekedar pendapat aku aja”
“Ga
kok,, aku justru salut sama kamu ma, kamu masih bisa menghormati orang tuaku
seperti itu, padahal mereka sudah menolak kamu mati-matian saat aku ngajak kamu
tinggal dirumah” Dalam genggaman eratnya, rianty semakin terlihat sedih
Dengan mata yang berkaca-kaca asma mencoba
tetap tersenyum“Sudahlah,, lupakan saja
tentang hal itu ty,, yang penting sekarang aku sudah punya tempat bernaung
meskipun hanya kontrakan”
“Maafin aku ya ma, aku ga bisa bantu banyak”
Seraya merangkul sahabat sedari kecilnya tersebut
Masih dengan senyuman dan mata
berkaca-kaca, asma balik merangkul “Ga
apa-apa kok ty, do’aian aku aja, itu sudah lebih dari cukup”
Kali ini air mata rianty menetes satu
persatu “Asma,, Kamu tuh tegar banget,
aku ga tau kalau aku ngalamin yang kamu alami, sekarang aja aku dah ga sanggup
dengan kehidupanku”
Asma melepas rangkulan lalu meletakkan
telunjuknya di bibir sahabat sedari kecilnya tersebut “Sstt,, jangan ngomong gitu,, Segala sesuatu yang terjadi semua atas
Izin Allah, apapun itu,, bahagia atau sedih kita mesti bersyukur, satu hal yang
harus kita percaya bahwa Allah ga pernah ingkar janji, dan janji Allah telah
pasti bahwa dibalik kesulitan selalu ada kemudahan”
Dengan wajah yang penuh air mata rianty
kembali merangkul asma “Asma,, kamu
memang sahabat terbaikku,, aku selalu ngerasa tenang setiap ngomong sama kamu,,
makasih ya ma”
“Husshh,,
jangan bilang makasih ke aku, makasih ke Allah karena DIA telah mengirimkan
teman secantik dan sebaik aku..heheh” Asma menggodai rianty sembari
menghapus air mata sahabatnya tersebut
Dua sahabat itu saling mencubit pipi
satu sama lain, senyuman sore itu seolah menyembunyikan seluruh kegetiran hidup
asma. ia selalu menebarkan senyuman untuk sekelilingnya meski dalam hatinya
begitu perih. Kini selain melanjutkan
kuliah, ia juga harus menghidupi 2 orang adiknya yang masih duduk di bangku Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Dasar.
Sejak ayahnya dituduh melakukan korupsi
setahun yang lalu, hidup asma berubah 180°, apalagi tak lama berselang,
tepatnya sebulan kemudian ibunya juga meninggal dunia. Seluruh harta mereka
disita, meski seluruh harta itu adalah hak mereka, namun ternyata skenario
orang-orang yang menjebak ayahnya membuat semuanya menghilang begitu saja bak
debu yang diterpa badai seketika.
Di awal ia mengalami semua itu, asma
hampir hilang arah, namun Dua ayat dari surat Al-Insyirah1) yang telah terpatri
lekat-lekat dalam memori, fikiran dan hatinya merupakan senjata pamungkas untuk
memompa semangatnya yang saat itu benar-benar hampir habis tak bersisa. Dengan
secuil harapan, asma mencoba bangkit, ia bertekad akan menyelesaikan kuliah,
menghidupi adik-adiknya, juga berdiri di barisan paling depan untuk pembelaan
ayahnya.
Meski getir melihat kenyataan hidupnya, asma
tetap berjalan penuh semangat di atas rangkaian takdirnya, dan mengejar waktu batas
Drop-out yang tersisa 2 semester lagi. Dengan modal buku-buku perpustakaan,
buku-buku pinjaman dari tempatnya bekerja, juga informasi-informasi tambahan dari
internet, serta bantuan pihak perusahaan, asma berpacu mengerjakan skripsinya.
***
Tiga bulan Kemudian…
Asmania
Kazfya ; IPK 3.45 - Sangat Memuaskan
Naurah
Amalia ; IPK 3.55 - Cum Laude
Jaswan
Syaputra ; IPK 3.65 - Cum Laude
Suara yang telah berlalu dari beberapa jam
yang lalu tersebut masih membahana dengan sangat jelas dalam gendang telinga
asma, dengan air mata yang tak berhenti berurai, ia bercerita di depan pusara
ibunya “Bu,, anak gadismu sekarang sudah sarjana,
beberapa jam yang lalu anak cantikmu ini memakai toga, sejak dari yudisium nama
anakmu ini sudah berubah menjadi Asmania Kazfya, S.E, bagus kan bu??,,”
Setelah bercerita panjang lebar, dan membersihkan pemakaman ibunya dari
rumput-rumput liar, asma terlihat bergegas pergi, ia naik angkutan umum lalu
berhenti di depan gedung yang di jaga oleh orang-orang yang berseragam coklat.
Meski dengan wajah yang sembab ia tetap melangkah dengan pasti, seperti
memasuki tempat yang menjanjikan kebahagiaan, namun bagi asma langkah-langkah
ini bukanlah kesedihan melainkan jembatan takdir yang akan berpenghujung pada
kebahagiaan.
***
Wanita yang mengenakan kerudung hijau
persis seperti yang dikenakan asma, terlihat merangkul asma “Asma, selamat ya atas wisuda kamu kemarin,,
mmmhh,, tapi aku sedih, dalam fikiranmu sekarang pasti ingin pergi dari sini secepatnya,
kan kamu sudah sarjana”
Dengan tersenyum simpul asma menjawab “Makasih wid ucapannya,, tapi kamu kok
ngomong gitu?,, Aku ga akan pernah meninggalkan tempat ini, bagiku, di sini
bukan tempat bekerja lagi, melainkan rumah terindah yang pernah aku miliki,
hidup bersama buku-buku, pelanggan, dan saudara-saudara seperti kalian semua
adalah harta yang tak akan ternilai harganya”
Dengan wajah yang sedikit khawatir widia
berkata “Tapi kan di luar sana, kamu bisa
mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik lagi”
Asma pun kembali tersenyum simpul
sembari menggenggam widiya “Mmmhh,,
mungkin iya mungkin tidak,, kenapa aku bilang seperti itu, karena kehidupan
yang lebih baik menurutku bukan dinilai dari banyaknya materi, tapi dari sini (dari
ketenangan dan kenyamanan hati), mungkin memang benar aku akan mendapatkan
materi yang jauh lebih melimpah tapi aku tidak akan pernah mendapatkan saudara seperti
kalian semua, saudara yang siaga menemaniku saat aku sakit, menyisihkan sedikit
penghasilan mereka hanya untuk uang sekolah adikku, memberikanku pinjaman buku
untuk menyelesaikan skripsi, memberikanku kehidupan yang penuh cinta, sayang, senyuman
disaat semua orang menghindari aku dan keluargaku. Widiya, aku benar-benar
bersyukur, Allah telah mengirimkan kalian semua untuk hadir di hidupku, kalian
adalah hadiah terindah yang diberikan oleh-NYA”
“Ohhh,,,
Asma,, aku makin sayang sama kamu..” Widiya kembali merangkul asma dengan
erat
Asma pun mengeratkan rangkulannya “Aku juga sayang kamu wid, sayang kalian semua”
Keterangan :
1.
Fainna
ma’al ’usri yusraa, inna ma’al ‘usri yusraa.
(Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. QS Al-Insyirah 5:6)
Tweet
0 VLP'ers comment:
Post a Comment
Kesopanan berkomentar cerminan dari kepribadian kita ! Silakan berkomentar sobat ^_*05