Friday, September 28, 2012

Mutiara Yang Keram





 Tukk… tiikk… takk…

Suara heels berukuran 12cm itu berdentang ria di atas lantai keramik berwarna merah muda, membuat pemiliknya terlihat tampil bak peragawati yang berjalan di catwalk1). Tapi tiba-tiba saja…

Mbookkkk… apa-apaan ini,, mau bikin aku sakit perut ?? arrgghhh” tiara melotot tajam

Dengan tubuh yang gemetaran, Mbok siti menjawab “Maaf mbak… tadii

Maaf,, maaf,,  apa cuma kata-kata itu yang bisa mbok ucapkan berkali-kali” tiara menuju dapur

Dengan tubuh yang masih gemetaran ditambah dengan mata yang berkaca-kaca mbok siti berujar “Gini mbak, semalam ibu nelpon minta mbok masak sup yang agak pedes

Tiara tersenyum sinis “Bagus ya pembelaannya, ini kepedesan namanya, bukan pedes

Mbok siti tersedu-sedu melihat semua sup yang ada di panci dituangkan ke dalam wastafel. Dan seolah merasa tak bersalah, mutiara  meninggalkan mbok siti begitu saja tanpa memperdulikan isakan-isakannya.

Dengan wajah yang sangat kesal ia berjalan menuju Mercedes sport yang baru seminggu menghuni garasinya, kemudian dengan tangan kanan, ia memberikan isyarat “tidak” pada seseorang yang telah membukakan pintu mobil. Kini mobil mewah berwarna merah muda dengan desain hello kitty tersebut perlahan meninggalkan halaman yang luasnya melebihi lapangan bola di kampung mbok siti. Tampaknya kemarahan pada mbok siti, ia imbaskan juga pada pak mamat, sang supir. Ya, Mutiara memutuskan untuk menyetir sendiri.

Sesampainya di kampus, ia yang masih kesal pun mengabaikan seluruh senyum sapaan dari orang-orang yang ditemuinya. Ia hanya berjalan tanpa peduli siapa yang ada di depan, kanan ataupun kirinya. Rupanya mahasiswi semester 2 Fakultas Ekonomi yang terkenal dengan kecantikan, kekayaan, serta prestasi yang berderet-deret itu benar-benar menyimpan seluruh kemarahannya. Lebih tepatnya, Egois.

Dan tak lama setelah kegiatan perkuliahan usai, mutiara pun bergegas pergi, tapi lagi-lagi sendiri, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang biasanya berduet dengan astrid, entah apa yang terjadi, hingga ia tak terlihat dengan duet sejagadnya itu.

Meski tak ada orang yang duduk di jok sebelah kiri, mobil desain hello kitty itu kembali menelusuri jalan-jalan yang penuh sesak dan polusi, seolah tak peduli dengan udara ibu kota yang begitu panas juga tak bersahabat. Namun setelah melalui beberapa ruas jalan yang sarat dengan kemacetan, hello kitty versi car itupun berbelok ke pintu masuk salah satu pusat perbelanjaan.

Tutt…tuttt… kini Hello kitty versi car berkesempatan untuk mengademkan perasaannya di basement.

Dari jarak beberapa meter sebelum pintu masuk, alunan-alunan musik pun terdengar dengan jelas, membahana dalam ruangan berkapasitas ribuan orang tersebut, membuat dentingan heels 3 hingga 12 cm menghilang bak di telan bumi. Misi pencarian sahabat 12cm pun di mulai dari sini.

Ahaa,, pencahayaan lampu di etalase sudut sana seolah memanggil-manggil dengan nada lembut memukau (mari sini mari belanja, red). Pemilik sepatu merah muda 12cm ini rupanya terhipnotis, ia kemudian melangkahkan kakinya menuju etalase yang di dalamnya penuh dengan tas-tas yang berkilau, katanya sih bahannya dari kulit buaya (asli, red). Tapi setelah melihat dengan cermat, ternyata lighting2) ini terlalu pandai untuk menggoda dan menarik hati (*Yang kamu kira baik belum tentu baik untuk kamu… kata-kata yang terdengar di kelas MKDU agama berdendang sangat jelas dalam benak anak tunggal pengusaha batu bara ini, meski dengan dahi yang sedikit mengkerut seolah menolak, namun anggukkan kepala yang pelan tapi pasti menandai kesetujuannya).


Beberapa jam kemudian, pencarian sahabat 12cm masih berlanjut…

Namun kali ini tidak berurusan dengan kulit buaya, yang terlihat dari jauh adalah boneka yang mengenakan wig3) dengan dress4) selutut berwarna merah muda strip hitam. Ya, akhirnya senyuman indah itu terlihat mengembang. Selangkah, dua langkah, astagaaaa… seseorang telah menyenggol boneka bak model itu. Wajah yang tadinya senyum mengembang berubah terkesima, kali ini pandangannya tertuju utuh, bukan pada dress selutut merah muda strip hitam tersebut namun pada kain berwarna biru yang terulur dari atas kepala hingga yang terlihat hanya bagian rok  yang juga senada. Dengan pandangan yang tak berkedip, ia bergumam “kenapa ada perasaan yang berbeda ya,, setiap melihat, jilbab yang terulur,,, mungkinkah??

Dalam keterkesimaannya, tiba-tiba terdengar bunyi (rikrokrarkrk…) mengganggu, bahkan sangat mengganggu, akhirnya niat untuk menyambangi boneka yang terjatuh tadi pun diurungkan, mutiara berbalik, dengan langkah yang sedikit dipercepat, misi pencarian sahabat 12cm ia hentikan dan berubah menuju restoran bernuansa ungu di sudut sana.

Srett,,srett,, mencentang daftar menu yang diberikan pelayan restoran pun selesai, mutiara lalu bangkit menuju wastafel yang terletak di sudut kiri restoran, dan tak lama berselang ia berjalan kembali ke sofa, alih-alih sampai di sofa yang di tuju, pandangannya tiba-tiba berubah, restoran yang tadinya bernuansa ungu itu berubah warna menjadi kuning, kuning, kuning, lalu agak kehitam-hitaman. Apa yang terjadi ? mutiara memegang jidatnya, ia sempoyongan tapi tetap berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya, dan berhasil, ia berhasil duduk di sofa. Namun belum selesai adegan perubahan pandangan, tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat, tangannya keram, tepatnya sekujur tubuhnya keram, seketika tak bisa meraih apapun termasuk meraih minuman yang kini telah ada dihadapannya. Jari-jarinya kaku, dan dalam waktu yang kurang dari 2 menit itu ia hanya mampu meringis kesakitan.

Dengan pandangan yang masih kuning kehitam-hitaman, ia melihat penghuni restoran menyambanginya satu per satu. Namun belum sempat berkata apa-apa tiba-tiba tubuhnya terkulai lemas… buuukkkk…


***
Kejadian yang baru pertama kali menimpanya tersebut, membuatnya harus di rawat dalam beberapa hari terakhir, meski tidak di rumah sakit, tubuh mutiara tetap dipenuhi dengan lilitan kabel dan selang. Orang tuanya yang tak pernah pulang, semakin membuat rasa sakit itu terlihat jelas dari wajahnya yang kian lama kian sedu sedan.

Dari luar samar-samar terdengar suara obrolan. Mutiara pun berusaha menajamkan indra pendengarannya untuk menangkap isi percakapan tersebut. Namun tidak lama kemudian, sesosok wanita berjilbab biru menghampirinya.

Dengan senyum gingsul, wanita berjilbab biru itu angkat bicara “Assalaamu’alaikum, gimana  mbak, sudah agak enakan?

Mutiara mengerinyitkan dahinya “Wa’alaikumussalam, kamu siapa?

Dengan logat jawa yang sangat kental wanita berjilbab biru itu berujar “Aku minah mbak, maaf, bukan mau mengumbar tapi aku yang nganterin mbak pulang waktu mbak pingsan di restoran beberapa hari yang lalu, dan pas kemarin aku nelpon mbok siti, katanya mbak masih di rawat, jadi sekarang aku berniat untuk menjenguk mbak

Lagi-lagi mutiara mengerinyitkan dahinya “Kamu pelayan di resto itu ?

Bukan mbak… aku baru mau daftar jadi koki di sana, katanya sih di sana gajinya lumayan,, uppss… kok aku jadi curhat… maaf ya mbak… hehe” Tukas minah polos

 “Terus kenapa kamu mau nolong aku,, padahal kamu nggak kenal aku siapa ?” Tanya mutiara penuh selidik

 “Lha,, mbak ini, masa’’ kalo mau nolong kenalan dulu… mbak…mbak… kata si mbokku kita harus selalu berbuat kebaikan, dimanapun, kapanpun, sama siapapun” Minah sangat antusias
                                                 
kamu lucu juga” Mutiara tersenyum tipis

Aku nggak lagi ngelucu mbak, aku serius… bahkan Rasulullah aja menolong orang yang selalu mencaci makinya, itu lho pengemis yahudi yang buta, di pinggir jalan tuh dia selalu berteriak ‘jangan percaya pada orang yang bernama Muhammad, jangan pernah percaya’… padahal mbak, yang setiap hari menyuapinya makan, ya Rasulullah”

Mutiara kembali tersenyum melihat minah bercerita panjang lebar, dan tanpa sadar ia menitikkan air matanya seraya lirih berucap “Minah… kamu bukan saja menolongku dari keram di sekujur tubuhku… tapi juga telah menolong hatiku yang selama ini keram, dan tak pernah peka terhadap sekeliling,, kamu juga membuka mataku bahwa jilbab yang terulur itu, bukan hanya di tubuhmu, tapi juga dihatimu,,, terima kasih minah, terima kasih yaa Allah

***
2 tahun kemudian…

Langit bersaput awan, anak-anak kecil yang sedari tadi menyenandungkan shalawat badar di halaman depan, perlahan memasuki rumah yang bernuansa merah muda. Dan wanita yang berjilbab senada itu pun terlihat begitu sumringah melihat tingkah laku bocah yang berebutan kursi di meja makan.

Sayang,, hati-hati” ujar wanita yang mengenakan sepatu merah muda tanpa heels tinggi tersebut

Saking senangnya, anak-anak itu hanya menjawab dengan cengiran, seraya mengerlingkan mata kepada Mbok siti yang tengah mengelap meja makan. Mbok siti yang menyaksikan-pun hanya membalas dengan senyum kebahagiaan.

 Dan tak lama berselang muncul sesosok wanita membawa nampan yang berisi beberapa mangkuk, masih dengan logat kentalnya ia berujar “Mmhh,, mbak mutiara nggak usah khawatir, mereka itu kayak gitu karena sudah nggak sabar ingin menyantap masakan dari resep barunya chef minah

Seketika ruang makan tersebut di penuhi dengan riuh tawa menggelegar mendahului guntur, suara anak-anak yang tak memiliki ayah dan ibu tersebut membuat suasana rumah mewah nan megah itu makin semarak. Anggukan kepala yang diberikan oleh pemilik rumah yang tak lain adalah ayahnya, membuat mutiara dua tahun yang lalu semakin mantap menancapkan papan di depan pintu gerbang “Panti Asuhan Mutiara


Ket :
1)      Catwalk :  Tempat para model memperagakan pakaian saat fashion show
2)      Lighting : Teknik Pencahayaan
3)      Wig : Rambut Palsu
4)      Dress : Baju/blouse wanita




0 VLP'ers comment:

Post a Comment

Kesopanan berkomentar cerminan dari kepribadian kita ! Silakan berkomentar sobat ^_*05

From VLP To Friends

Blog Indonesia

blog-indonesia.com

VLP Chats

Hitstats

Indonesia Blogger

Blogger Indo