Suara heels berukuran 12cm itu berdentang ria di atas lantai keramik
berwarna merah muda, membuat pemiliknya terlihat tampil bak peragawati yang
berjalan di catwalk1). Tapi tiba-tiba
saja…
“Mbookkkk…
apa-apaan ini,, mau bikin aku sakit perut ?? arrgghhh” tiara melotot tajam
Dengan tubuh yang gemetaran, Mbok siti menjawab
“Maaf mbak… tadii”
“Maaf,,
maaf,, apa cuma kata-kata itu yang bisa
mbok ucapkan berkali-kali” tiara menuju dapur
Dengan tubuh yang masih gemetaran
ditambah dengan mata yang berkaca-kaca mbok siti berujar “Gini mbak, semalam ibu nelpon minta mbok masak sup yang agak pedes”
Tiara tersenyum sinis “Bagus ya pembelaannya, ini kepedesan
namanya, bukan pedes”
Mbok siti tersedu-sedu melihat semua sup
yang ada di panci dituangkan ke dalam wastafel. Dan seolah merasa tak bersalah,
mutiara meninggalkan mbok siti begitu
saja tanpa memperdulikan isakan-isakannya.
Dengan wajah yang sangat kesal ia berjalan
menuju Mercedes sport yang baru seminggu menghuni garasinya, kemudian dengan
tangan kanan, ia memberikan isyarat “tidak” pada seseorang yang telah membukakan
pintu mobil. Kini mobil mewah berwarna merah muda dengan desain hello kitty tersebut
perlahan meninggalkan halaman yang luasnya melebihi lapangan bola di kampung
mbok siti. Tampaknya kemarahan pada mbok siti, ia imbaskan juga pada pak mamat,
sang supir. Ya, Mutiara memutuskan untuk menyetir sendiri.
Sesampainya di kampus, ia yang masih
kesal pun mengabaikan seluruh senyum sapaan dari orang-orang yang ditemuinya. Ia
hanya berjalan tanpa peduli siapa yang ada di depan, kanan ataupun kirinya. Rupanya
mahasiswi semester 2 Fakultas Ekonomi yang terkenal dengan kecantikan, kekayaan,
serta prestasi yang berderet-deret itu benar-benar menyimpan seluruh
kemarahannya. Lebih tepatnya, Egois.
Dan tak lama setelah kegiatan perkuliahan
usai, mutiara pun bergegas pergi, tapi lagi-lagi sendiri, tidak seperti
hari-hari sebelumnya yang biasanya berduet dengan astrid, entah apa yang
terjadi, hingga ia tak terlihat dengan duet sejagadnya itu.
Meski tak ada orang yang duduk di jok
sebelah kiri, mobil desain hello kitty itu kembali menelusuri jalan-jalan yang
penuh sesak dan polusi, seolah tak peduli dengan udara ibu kota yang begitu
panas juga tak bersahabat. Namun setelah melalui beberapa ruas jalan yang sarat
dengan kemacetan, hello kitty versi car
itupun berbelok ke pintu masuk salah satu pusat perbelanjaan.
Tutt…tuttt… kini Hello kitty versi car berkesempatan untuk mengademkan
perasaannya di basement.
Dari jarak beberapa meter sebelum pintu
masuk, alunan-alunan musik pun terdengar dengan jelas, membahana dalam ruangan
berkapasitas ribuan orang tersebut, membuat dentingan heels 3 hingga 12 cm menghilang bak di telan bumi. Misi pencarian
sahabat 12cm pun di mulai dari sini.
Ahaa,, pencahayaan lampu di etalase
sudut sana seolah memanggil-manggil dengan nada lembut memukau (mari sini mari belanja, red). Pemilik
sepatu merah muda 12cm ini rupanya terhipnotis, ia kemudian melangkahkan
kakinya menuju etalase yang di dalamnya penuh dengan tas-tas yang berkilau,
katanya sih bahannya dari kulit buaya (asli, red). Tapi setelah melihat dengan
cermat, ternyata lighting2) ini
terlalu pandai untuk menggoda dan menarik hati (*Yang kamu kira baik belum tentu baik untuk kamu… kata-kata yang terdengar
di kelas MKDU agama berdendang sangat jelas dalam benak anak tunggal pengusaha
batu bara ini, meski dengan dahi yang sedikit mengkerut seolah menolak, namun
anggukkan kepala yang pelan tapi pasti menandai kesetujuannya).
Beberapa jam kemudian, pencarian sahabat
12cm masih berlanjut…
Namun kali ini tidak berurusan dengan
kulit buaya, yang terlihat dari jauh adalah boneka yang mengenakan wig3) dengan dress4) selutut berwarna merah muda strip hitam. Ya, akhirnya
senyuman indah itu terlihat mengembang. Selangkah, dua langkah, astagaaaa…
seseorang telah menyenggol boneka bak model itu. Wajah yang tadinya senyum
mengembang berubah terkesima, kali ini pandangannya tertuju utuh, bukan pada dress selutut merah muda strip hitam tersebut
namun pada kain berwarna biru yang terulur dari atas kepala hingga yang
terlihat hanya bagian rok yang juga senada.
Dengan pandangan yang tak berkedip, ia bergumam “kenapa ada perasaan yang berbeda ya,, setiap melihat, jilbab yang
terulur,,, mungkinkah??”
Dalam keterkesimaannya, tiba-tiba
terdengar bunyi (rikrokrarkrk…) mengganggu, bahkan sangat mengganggu, akhirnya niat
untuk menyambangi boneka yang terjatuh tadi pun diurungkan, mutiara berbalik, dengan
langkah yang sedikit dipercepat, misi pencarian sahabat 12cm ia hentikan dan
berubah menuju restoran bernuansa ungu di sudut sana.
Srett,,srett,, mencentang daftar menu
yang diberikan pelayan restoran pun selesai, mutiara lalu bangkit menuju
wastafel yang terletak di sudut kiri restoran, dan tak lama berselang ia berjalan
kembali ke sofa, alih-alih sampai di sofa yang di tuju, pandangannya tiba-tiba berubah,
restoran yang tadinya bernuansa ungu itu berubah warna menjadi kuning, kuning,
kuning, lalu agak kehitam-hitaman. Apa yang terjadi ? mutiara memegang
jidatnya, ia sempoyongan tapi tetap berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya, dan
berhasil, ia berhasil duduk di sofa. Namun belum selesai adegan perubahan
pandangan, tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat, tangannya keram, tepatnya sekujur
tubuhnya keram, seketika tak bisa meraih apapun termasuk meraih minuman yang
kini telah ada dihadapannya. Jari-jarinya kaku, dan dalam waktu yang kurang
dari 2 menit itu ia hanya mampu meringis kesakitan.
Dengan pandangan yang masih kuning
kehitam-hitaman, ia melihat penghuni restoran menyambanginya satu per satu. Namun
belum sempat berkata apa-apa tiba-tiba tubuhnya terkulai lemas… buuukkkk…
***
Kejadian yang baru pertama kali menimpanya
tersebut, membuatnya harus di rawat dalam beberapa hari terakhir, meski tidak
di rumah sakit, tubuh mutiara tetap dipenuhi dengan lilitan kabel dan selang. Orang
tuanya yang tak pernah pulang, semakin membuat rasa sakit itu terlihat jelas
dari wajahnya yang kian lama kian sedu sedan.
Dari luar samar-samar terdengar suara obrolan.
Mutiara pun berusaha menajamkan indra pendengarannya untuk menangkap isi
percakapan tersebut. Namun tidak lama kemudian, sesosok wanita berjilbab biru
menghampirinya.
Dengan senyum gingsul, wanita berjilbab
biru itu angkat bicara “Assalaamu’alaikum,
gimana
mbak, sudah agak enakan?”
Mutiara mengerinyitkan dahinya “Wa’alaikumussalam, kamu siapa?”
Dengan logat jawa yang sangat kental wanita
berjilbab biru itu berujar “Aku minah
mbak, maaf, bukan mau mengumbar tapi aku yang nganterin mbak pulang waktu mbak
pingsan di restoran beberapa hari yang lalu, dan pas kemarin aku nelpon mbok
siti, katanya mbak masih di rawat, jadi sekarang aku berniat untuk menjenguk
mbak”
Lagi-lagi mutiara mengerinyitkan dahinya
“Kamu pelayan di resto itu ?”
“Bukan
mbak… aku baru mau daftar jadi koki di sana, katanya sih di sana gajinya
lumayan,, uppss… kok aku jadi curhat… maaf ya mbak… hehe” Tukas minah polos
“Terus kenapa kamu mau nolong aku,, padahal
kamu nggak kenal aku siapa ?” Tanya mutiara penuh selidik
“Lha,, mbak ini, masa’’ kalo mau nolong
kenalan dulu… mbak…mbak… kata si mbokku kita harus selalu berbuat kebaikan,
dimanapun, kapanpun, sama siapapun” Minah sangat antusias
“kamu
lucu juga” Mutiara tersenyum tipis
“Aku
nggak lagi ngelucu mbak, aku serius… bahkan Rasulullah aja menolong orang yang
selalu mencaci makinya, itu lho pengemis yahudi yang buta, di pinggir jalan tuh
dia selalu berteriak ‘jangan percaya pada orang yang bernama Muhammad, jangan
pernah percaya’… padahal mbak, yang setiap hari menyuapinya makan, ya Rasulullah”
Mutiara kembali tersenyum melihat minah
bercerita panjang lebar, dan tanpa sadar ia menitikkan air matanya seraya lirih
berucap “Minah… kamu bukan saja menolongku
dari keram di sekujur tubuhku… tapi juga telah menolong hatiku yang selama ini
keram, dan tak pernah peka terhadap sekeliling,, kamu juga membuka mataku bahwa
jilbab yang terulur itu, bukan hanya di tubuhmu, tapi juga dihatimu,,, terima
kasih minah, terima kasih yaa Allah”
***
2
tahun kemudian…
Langit bersaput awan, anak-anak kecil
yang sedari tadi menyenandungkan shalawat badar di halaman depan, perlahan
memasuki rumah yang bernuansa merah muda. Dan wanita yang berjilbab senada itu pun
terlihat begitu sumringah melihat tingkah laku bocah yang berebutan kursi di
meja makan.
“Sayang,,
hati-hati” ujar wanita yang mengenakan sepatu merah muda tanpa heels tinggi tersebut
Saking senangnya, anak-anak itu hanya
menjawab dengan cengiran, seraya mengerlingkan mata kepada Mbok siti yang
tengah mengelap meja makan. Mbok siti yang menyaksikan-pun hanya membalas dengan
senyum kebahagiaan.
Dan
tak lama berselang muncul sesosok wanita membawa nampan yang berisi beberapa
mangkuk, masih dengan logat kentalnya ia berujar “Mmhh,, mbak mutiara nggak usah khawatir, mereka itu kayak gitu karena sudah
nggak sabar ingin menyantap masakan dari resep barunya chef minah”
Seketika ruang makan tersebut di penuhi
dengan riuh tawa menggelegar mendahului guntur, suara anak-anak yang tak
memiliki ayah dan ibu tersebut membuat suasana rumah mewah nan megah itu makin
semarak. Anggukan kepala yang diberikan oleh pemilik rumah yang tak lain adalah
ayahnya, membuat mutiara dua tahun yang lalu semakin mantap menancapkan papan
di depan pintu gerbang “Panti Asuhan Mutiara”
Ket :
1)
Catwalk : Tempat para model memperagakan pakaian saat
fashion show
2)
Lighting : Teknik Pencahayaan
3)
Wig : Rambut Palsu
4)
Dress : Baju/blouse wanita
0 VLP'ers comment:
Post a Comment
Kesopanan berkomentar cerminan dari kepribadian kita ! Silakan berkomentar sobat ^_*05